Rabu, 10 Oktober 2012

Taman Balekambang - The Forgotten Garden

Saturday, 25 April 2009
 
Pertengahan April ini aku mendapat tugas ke Jakarta untuk menghadiri suatu pertemuan. Untuk menghabiskan waktu selama perjalanan dari Jogja ke Jakarta, aku membaca majalah yang disediakan oleh maskapai penerbangan tersebut. Lembar demi lembar ku balik, dan mataku tertahan pada satu halaman yang menceritakan mengenai Taman Balekambang. Mereka menggambarkan taman ini begitu apiknya, disitu disampaikan bahwa Taman Balekambang tersebut berada di kota Solo. Solo..? sudah tak terhitung jumlahnya aku ke kota Solo, namun tidak sekalipun ku dengar keberadaan taman ini.
Sesampai di rumah, aku ceritakan ke suamiku. Dan dia membenarkan bahwa memang ada Taman Balekambang di Solo, namun setahu dia taman tersebut baru dalam proses renovasi. Akhirnya kami merencanakan untuk mendatangi tempat tersebut, sekalian menengok adik ipar yang juga kuliah di kota tersebut.
Akhirnya hari Sabtu, kami berangkat ke Solo. Jarak Solo dengan Jogja tidak terlalu jauh. Dengan mobil bisa kita tempuh dalam waktu ± 2 jam. Kami sampai di Solo dengan disambut hujan gerimis. Setelah menjemput adik ipar, kami kemudian menuju Taman Balekambang. Ternyata letaknya sangat dekat dan di tengah kota. Berada di daerah Manahan. Jika ke Manahan maka dekat banget ke taman itu. Kalau dari Lapangan Kota tinggal lurus ke utara.
Untuk masuk ke Taman tersebut tidak dipungut retribusi. Hmm that’s a good thing. Taman ini di buka untuk umum. Siapapun boleh masuk ke taman tersebut tanpa harus membayar tiket masuknya. Banyak masyarakat yang datang ke Taman tersebut, bahkan untuk pre wedding session. Pohon yang besar membuat rindang taman tersebut, adanya rusa yang dibiarkan berkeliaran semakin memikat perhatian termasuk anak-anak.. Ega seneng banget lho liat rusa…  Didalam taman tersebut juga terdapat 2 buah patung yang terletak berjauhan… konon katanya, patung tersebut adalah puteri dari Kasunanan Solo.
 
Patung pertama berada di tengah taman dengan air mancur disekitarnya. Konon itu adalah patung Puteri Partninah dan patung satunya lagi adalah patung Puteri Partini, yang terletak di paling belakang taman dan di kit ari kolam pemandian. Singkatnya, Taman Balekambang ini dulunya adalah taman bermain dan pemandian puteri kerajaan. Kalau di Jogja, yaitu Taman Sari.
 
Sayang, pengunjung yang datang kurang memperhatikan dan ikut menjaga kebersihan taman. Jadi meski sudah disediakan tempat sampah yang lumayan banyak, masih saja tidak dimanfaatkan. Selalu… Biasa… Selain itu, pemeliharaan taman juga belum optimal.Namun untuk melepas penat, mengurangi stress dan untuk menghirup udara segar terutama di kota Solo yang sangat panas, tempat ini sangat menyenangkan. Terutama jika kita datang di sore hari, pasti lebih adem dan enak.

Sekilas Mengenai Taman Balekambang
Taman Balekambang dibangun oleh Kangjeng Gusti Adipati Mangkunegoro VII, yang kemudian memberikannya kepada 2 anak perempuan yang dicintainya, BRA Partini dan BRA Partinah sebagai taman Keputren pada tanggal 26 Oktober 1921.
Taman Balekambang terdiri dari 2 daerah yaitu: yang pertama adalah sebuah taman yang berisi kumpulan besar pohon-pohon langka yang dikenal sebagai Hutan Partinah, sedangkan yang kedua adalah sebuah kolam bernama Danau Partini. Taman Keputren ini kemudian dikenal dengan nama Taman Balekambang (Gedung Taman Apung)
Pagar yang terdapat di seputar pohon (Beringin Kurung) merupakan prasasti di Jawa yang menjelaskan mengenai konsep untuk Taman Balekambang datang dari Kanjeng Gusti Adipati Mangkunegoro VII
Taman juga berisi beberapa struktur, seperti teater di ruang terbuka dengan 400 tempat duduk, sebuah gedung kesenian, gedung teater terbuka, dan 2 Watu Lintang atau meteorites yang letaknya saling terpisah.
Batu Lintang yang berada di kolam merupakan batu yang digunakan oleh Panembahan Senopati, Raja  Mataram sebagai tempat untuk berdoa.
Nama Balekambang berasal dari bahasa Jawa. Kata Bale yang artinya Balai atau bangunan dan Kambang yang berarti mengapung. Di dekat kolam ada 2 pavilion yaitu Bale Apung, yang sering digunakan untuk gathering keluarga Mangkunegaran dan Bale Tirtayasa yang diguankan oleh raja Mangkunegoro untuk Semadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar