Pertengahan April ini aku mendapat tugas ke Jakarta untuk menghadiri suatu pertemuan. Untuk menghabiskan waktu selama perjalanan dari Jogja ke Jakarta, aku membaca majalah yang disediakan oleh maskapai penerbangan tersebut. Lembar demi lembar ku balik, dan mataku tertahan pada satu halaman yang menceritakan mengenai Taman Balekambang. Mereka menggambarkan taman ini begitu apiknya, disitu disampaikan bahwa Taman Balekambang tersebut berada di kota Solo. Solo..? sudah tak terhitung jumlahnya aku ke kota Solo, namun tidak sekalipun ku dengar keberadaan taman ini.
Sesampai
di rumah, aku ceritakan ke suamiku. Dan dia membenarkan bahwa memang
ada Taman Balekambang di Solo, namun setahu dia taman tersebut baru
dalam proses renovasi. Akhirnya kami merencanakan untuk mendatangi
tempat tersebut, sekalian menengok adik ipar yang juga kuliah di kota
tersebut.
Akhirnya
hari Sabtu, kami berangkat ke Solo. Jarak Solo dengan Jogja tidak
terlalu jauh. Dengan mobil bisa kita tempuh dalam waktu ± 2 jam. Kami
sampai di Solo dengan disambut hujan gerimis. Setelah menjemput adik
ipar, kami kemudian menuju Taman Balekambang. Ternyata letaknya sangat
dekat dan di tengah kota. Berada di daerah Manahan. Jika ke Manahan maka
dekat banget ke taman itu. Kalau dari Lapangan Kota tinggal lurus ke
utara.
Untuk
masuk ke Taman tersebut tidak dipungut retribusi. Hmm that’s a good
thing. Taman ini di buka untuk umum. Siapapun boleh masuk ke taman
tersebut tanpa harus membayar tiket masuknya. Banyak masyarakat yang
datang ke Taman tersebut, bahkan untuk pre wedding session. Pohon yang
besar membuat rindang taman tersebut, adanya rusa yang dibiarkan
berkeliaran semakin memikat perhatian termasuk anak-anak.. Ega seneng
banget lho liat rusa… Didalam
taman tersebut juga terdapat 2 buah patung yang terletak berjauhan…
konon katanya, patung tersebut adalah puteri dari Kasunanan Solo.
Patung
pertama berada di tengah taman dengan air mancur disekitarnya. Konon
itu adalah patung Puteri Partninah dan patung satunya lagi adalah patung
Puteri Partini, yang terletak di paling belakang taman dan di kit ari kolam
pemandian. Singkatnya, Taman Balekambang ini dulunya adalah taman
bermain dan pemandian puteri kerajaan. Kalau di Jogja, yaitu Taman Sari.
Sayang,
pengunjung yang datang kurang memperhatikan dan ikut menjaga kebersihan
taman. Jadi meski sudah disediakan tempat sampah yang lumayan banyak,
masih saja tidak dimanfaatkan. Selalu… Biasa… Selain itu, pemeliharaan
taman juga belum optimal.Namun untuk melepas penat, mengurangi stress
dan untuk menghirup udara segar terutama di kota Solo yang sangat panas,
tempat ini sangat menyenangkan. Terutama jika kita datang di sore hari,
pasti lebih adem dan enak.
Sekilas Mengenai Taman Balekambang
Taman
Balekambang dibangun oleh Kangjeng Gusti Adipati Mangkunegoro VII, yang
kemudian memberikannya kepada 2 anak perempuan yang dicintainya, BRA
Partini dan BRA Partinah sebagai taman Keputren pada tanggal 26 Oktober
1921.
Taman Balekambang terdiri dari 2 daerah yaitu: yang pertama adalah sebuah taman yang berisi kumpulan besar pohon-pohon langka yang dikenal sebagai Hutan Partinah, sedangkan yang kedua
adalah sebuah kolam bernama Danau Partini. Taman Keputren ini kemudian
dikenal dengan nama Taman Balekambang (Gedung Taman Apung)
Pagar
yang terdapat di seputar pohon (Beringin Kurung) merupakan prasasti di
Jawa yang menjelaskan mengenai konsep untuk Taman Balekambang datang
dari Kanjeng Gusti Adipati Mangkunegoro VII
Taman
juga berisi beberapa struktur, seperti teater di ruang terbuka dengan
400 tempat duduk, sebuah gedung kesenian, gedung teater terbuka, dan 2
Watu Lintang atau meteorites yang letaknya saling terpisah.
Batu Lintang yang berada di kolam merupakan batu yang digunakan oleh Panembahan Senopati, Raja Mataram sebagai tempat untuk berdoa.
Nama Balekambang berasal dari bahasa Jawa. Kata Bale yang artinya Balai atau bangunan dan Kambang yang berarti mengapung. Di dekat kolam ada 2 pavilion yaitu Bale Apung, yang sering digunakan untuk gathering keluarga Mangkunegaran dan Bale Tirtayasa yang diguankan oleh raja Mangkunegoro untuk Semadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar