Kamis, 30 Oktober 2014
Selalu ingat dalam otak dan hatimu:
Akulah Perempuan yang sanggup dan menerima semua keadaanmu baik dan buruk. Aku juga yang selalu siap membelamu sekuat tenaga ketika kamu lemah. Aku tidak pernah berpaling sedikitpun ketika kamu miskin. Dan aku tidak meninggalkanmu ketika kamu jatuh.
Tapi.. aku perempuan yang sanggup pergi dari kamu, jika kamu tidak pernah merasa bersyukur kamu memiliki aku...
Senin, 07 April 2014
Toraja
Toraja, 16-17 Maret 2014
Goncangan di mobil membangunkan tidurku..
perjalanan malam hari memang paling enak dilewati dengan tidur. Namun jalan
yang bergelombang tidak mendukung kenikmatan tidurku. Namun demi dapat melihat
Toraja yang masuk dalam daftar tempat yang ingin ku kunjungi, ku nikmati
perjalanan yang lama dan melelahkan tersebut.
Semakin lama.. malam semakin kelam, jalanan
semakin tidak terlihat, ditambah dengan kabut yang tebal dan hujan yang membuat
jalanan menjadi licin, belum lagi jalanan yang berkelak kelok. Meski
terkantuk-kantuk ku coba untuk terus membuka mata ini, untuk menemani sang
driver agar dia ada teman ngobrol dan tidak terkantuk. Beberapa kali sempat
kepala ini terantuk jendela mobil.. hehe antara mata ma keinginan memang tidak
sinkron.
Waktu menunjukkan pukul 02.30 WITA saat kami
tiba di kota Toraja. Praktis perjalanan ini kami tempuh selama 8 jam. Kota
Toraja terlihat masih sepi, meski terlihat beberapa polisi bertugas berjaga di
pos nya. Karena masih sangat pagi dan sopir juga sudah kelelahan dan mengantuk,
kami putuskan mencari sebuah wisma untuk sekedar merebahkan badan beberapa jam
saja. Beberapa wisma yang kami datangi sudah tuutp dan tidak membukakan
pintunya saat kami ketuk. Dan akhirnya kami mendapatkan satu wisma yang masih
mau menerima kami. Setelah bernegosiasi, akhirnya kami dapat memperoleh kamar
kami dengan tarif Rp. 200.000,- per kamar. Harga yang lumayan murah untuk kamar
yang luas dan bersih.
Pagi hari nya setelah setelah sarapan kami
langsung menuju ke tempat wisata yang ada di Toraja. Wisata kali ini kalau
teman saya menyebutnya wisata kuburan, kenapa di sebut wisata kuburan, karena
tempat yang akan kami datangi di Toraja ini untuk melihat tempat pemakaman
masyarakat Toraja yang unik
LONDA
Londa terletak di desa Sendan Uai kecamatan
Sanggalai, 5 km dari kota Rantepao. Londa adalah suatu tempat pemakaman keluarga
bangsawan yang terletak di tebing alam. Untuk mencapai Goa tempat pemakamannya
kita harus melewati jalan yang berupa tangga, nach saat melewati tangga ini kita
harus berhati-hati karena tangga yang licin terutama di musim hujan.
Pemandangan yang terhampar di kanan kiri sangat cantik, hijau dan menyejukkan
mata.
Sampai di depan Goa, kita bisa melihat deretan
patung manusia yang merupakan patung dari orang yang telah meninggal dan di
kuburkan disitu diletakkan di tebing. Hanya syarat untuk diperbolehkan
patungnya diletakkan di tebing adalah:
- Keturunan bangsawan
- Saat pemakaman
sedikitnya menyembelih 24 kerbau dan salah satunya harus kerbau belang.
Dan tahukah kalian berapa harga 1 ekor kerbau belang, yaitu sekitar 93
juta. Harga ini cukup fantastis pasti nya.
Dalam masyarakat Toraja, upacara
pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya
dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal.
Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawn yang berhak menggelar pesta pemakaman
yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan
orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman
yang disebut rante
biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat
pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat
pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan.
Didepan Goa kita akan melihat banyak
tengkorak dan peti dari berbagai era. Ada yang masih bagus namun juga banyak
yang sudah berantakan. Untuk masuk ke Goa yang dalamnya sekitar 1000 m yang
gelap dan sempit tersebut, kita harus ditemani pemandu yang sekaligus menyewakan
penerangan berupa lampu petromak. Harga sewa penerangan adalah Rp. 30.000,-
sedangkan untuk pemandunya suka rela.
Didalam Goa kita akan banyak melihat
tengkorak dari berbagai ukuran yang menunjukkan usia dari manusia yang sudah
meninggal. Jangan khawatir mengenai bau, meskipun Goa banyak mayat dan
tengkorak namun tidak ada bau busuk, hal ini karena mayat yang akan diletakkan
di tempat tersebut sudah terlebih dahulu diberi obat tertentu untuk menghindari
bau yang akan di timbulkan akibat proses pembusukan. Hal ini berbeda dengan
yang berada di Trunyan – Bali, dimana proses bau pembusukan dilakukan secara
alami oleh pohon trunyan. Didalam Goa ini hati-hati dengan langkah kaki kita
agar tidak terpeleset dan kepala agar tidak terbentur
Pandangan mata saya sempat tertuju kepada
rokok dan uang koin yang berserakan disalah satu peti yang ada di sudut Goa.
Menurut keterangan dari pemandu, uang koin dan rokok tersebut adalah sesaji
untuk orang yang meninggal tersebut. Setelah selesai mengelilingi goa, perjalanan
kami lanjutkan ke tempat lain
Ke’te
Kesu
Kete kesu adalah tempat yang wajib
didatangi saat ke Toraja. Terletak di desa Bonaran, sekitar 4 km dari kota
Rantepao. Sebelum masuk ketempat wisatanya, kita sudah disuguhi
pemandangan
alam yang indah. Apa yang bisa kita lihat di Ke’te Kesu selain pemandangan
alamnya?
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang yang berarti kami harus segera berangkat pulang menuju Makassar agar tidak terlalu malam kami sampai di Makassa, selama perjalanan kami sempatkan mampir di engrekang untuk menikmati pemandangan sejenak dan membeli buah khas sana yaitu salak.. ya Engrekang terkenal dengan salak nya, setelah membeli masing2x 2 kilo dengan harga
15.000 kami lanjut perjalanan kembali. Salak Engrekang hampir sama dengan salak Bali, dengan rasa masam nya. Kami sempat berhenti pula di kota Pare-Pare untuk memenuhi tuntutan perut yang sudah tak tertahankan lagi. Menghirup udara laut sambil menatap senja yang mulai menghilang, adalah hal yang menyenangkan setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan. Perlahan kualihkan pandanganku ke sekeliling kota Pare-Pare ini, tempat dimana salah satu tokoh besar Indonesia Habibie berasal. Betapa indah nya Indonesia ku..
1.
Jejeran
Rumah Adat Toraja, Tongkonan
Rumah adat Tongkonan didepannya
kebanyakan terpajang tumpukan tanduk kerbau yang diletakkan ditiang depan
rumah. Rumah ini juga ada teras dan biasanya terbuat dari kayu dan terdiri dari
2 lantai. Dengan perlahan kami naiki
tangga kayu menuju lantai ke2 rumah, disitu terdapat 2 buah kamar dengan tempat
tidur terbuat dari papan kayu yang permanen menempel dengan dinding kayu rumah.
Ditengah ruangan terdapat tempat perapian yang digunakan untuk memasak dan
makan bersama keluarga.
2.
Musem
Untuk masuk ke museum tidak ada ketentuan
retribusi yang harus kita bayar, sukarela berapa yang akan kita bayar. Museum
ini berisi tentang kehidupan sehari-hari masayarakat di Ke’se Ketu, sehingga
disini kita bisa melihat baju, alat bercocok tanam dan sebagainya.
3.
Kuburan
Hampir sama dengan di Londa, di Ke’te
Kesu, kuburan disini juga sudah berusia tua sekali.
15.000 kami lanjut perjalanan kembali. Salak Engrekang hampir sama dengan salak Bali, dengan rasa masam nya. Kami sempat berhenti pula di kota Pare-Pare untuk memenuhi tuntutan perut yang sudah tak tertahankan lagi. Menghirup udara laut sambil menatap senja yang mulai menghilang, adalah hal yang menyenangkan setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan. Perlahan kualihkan pandanganku ke sekeliling kota Pare-Pare ini, tempat dimana salah satu tokoh besar Indonesia Habibie berasal. Betapa indah nya Indonesia ku..
Langganan:
Postingan (Atom)