Minggu, 14 Oktober 2012

Candi Sukuh – The Erotis Temple

Sabtu, 16 April 2011

Cukup lama aku memendam keinginan untuk datang ke candi ini, dan hari ini akhirnya terpenuhi sudah. Setelah menempuh perjalanan ± 2.5 jam dari kota Yogyakarta dengan menggunakan mobil, dan menempuh jalanan yang curam dan menanjak, akhirnya sampailah kami di Candi Sukuh. Jangan khawatir, karena sepanjang perjalanan kita akan melihat pemandangan yang indah. Perjalanan ke Candi Sukuh kami tempuh dari arah Karanganyar. Naik ke lereng Lawu, mengambil arah yang sama dengan Tawangmangu. Lokasi tepatnya di Kecamatan Sukuh. Cukup mudah mencarinya, karena candi ini sudah menjadi identitas bagi warga Kabupaten Karanganyar.
Lokasi candi
Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian
kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat 07o37,
38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat. Candi ini
terletak di dukuh Berjo, desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini berjarak
kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari
Surakarta.
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Sudah banyak candi yang kulihat, namun candi yang ini berbeda, berbeda dengan Borobudur maupun Prambanan. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.
CANDI yang terletak di Desa Mberjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, itu sering disebut "The Last Temple" karena selepas runtuhnya Majapahit pada abad XV tidak ditemui pembangunan candi lagi. Candi Sukuh menjadi saksi terakhir Kejayaan Hindu di Jawa. Candi di Jawa Tengah umumnya menghadap ke Timur. terkecuali candi Sukuh. Candi yang satu ini seperti halnya kebanyakan candi yang ada di Jawa Timur yakni menghadap Barat. Jadi untuk memasuki candi Sukuh, orang menuju ke arah Timur, tempat Matahari terbit. Padahal Matahari dipuja sejak jaman prehistori. Dengan begitu ada pengaruh asli dalam pembuatan candi Sukuh, berbeda dengan candi lainnya di Jawa Tengah yang banyak dipengaruhi India.
Sekilas Tentang Candi Sukuh

Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan trap (teras), dimana semakin kebelakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.

Dilantai dasar dari gapura ini terdapat relief yang menggambarkan phallus berhadapan dengan vagina. Relief ini mengandung makna yang mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya (Parwati). Lingga-yoni merupakan lambang kesuburan. Relief tersebut sengaja di pahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna sebab sudah terkena “suwuk”.

Pada teras kedua juga terdapat gapura dan terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi.

Pada gapura terdapat sebuah candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi.

Jadi jika bilangan ini benar, maka ada selisih hampir duapuluh tahun dengan gapura di teras pertama !

Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.

Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masing sering dipergunakan untuk bersembahyang.

Di sebelah selatan jalan batu, di pada pelataran terdapat fragmen batu yang melukiskan cerita Sudamala. Sudamala adalah salah satu 5 ksatria Pandawa atau yang dikenal dengan Sadewa. Disebut Sudamala, sebab Sadewa telah berhasil “ngruwat” Bathari Durga yang mendapat kutukan dari Batara Guru karena perselingkuhannya. Sadewa berhasil “ngruwat” Bethari Durga yang semula adalah raksasa betina bernama Durga atau sang Hyang Pramoni kembali ke wajahnya yang semula yakni seorang bidadari dikayangan dengan nama bethari Uma Sudamala maknanya ialah yang telah berhasil membebaskan kutukan atau yang telah berhasil “ngruwat”.

Adapun Cerita Sudamala diambil dari buku Kidung Sudamala.

Pada lokasi ini terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian Tirta Amerta yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Namun anehnya, patung Garuda ini memiliki tangan dan kaki, sehingga ada yang bilang mirip alien.. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti yang dikenal dengan prasasti sukuh. Tulisan pada prasasti adalah sebagai berikut :



Prasasti Sukuh :
Lawase rajeg wsi du 
K penerep kepeleg
Ne wong medang
Ma karubuh alabuh geni ha
Rebut bumi kacaritane
Babajag mara mari setra
Hanang ta bango
1363

Kata Rajegwesi dimungkinkan sama dengan Pagerwesi yaitu suatu nama daerah di Mojokerto. Karena kata ”Rajeg” sama artinya dengan kata "pager”. Medang juga adalah nama tempat. Kata "babajang" berarti "anak bajang” yaitu anak yang sejak kecil rambutnya belum pernah dicukur dan harus diruwat. Kata "setra” berarti tanah lapang atau tempat upacara/tempat ruwatan. Kata "bango” berarti "burung pemakan bangkai/daging”, bisa juga berrti burung garuda. Jadi kalimat "alabuh geni” bisa diartikan "berjuang (merebut daerah)”. Dengan begitu prasati tersebut bercerita tentang seorang (penguasa rajeg wesi) yang berusaha merebut kembali daerahnya yang dikuasai musuh (penguasa medang) denagan cara mencari kekuatan spiritual dengan membangun candi sukuh yang memuat cerita ruatan. (Hengki H. Dkk 2000 : 62-63)
Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian Tirta Amerta (air kehidupan) di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari Tirta Amerta.

Situs candi Sukuh ditemukan kembali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Kemudian setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, yang berwarganegara Belanda melakukan penelitian. Lalu pada tahun 1928, pemugaran dimulai.
Bagi saya… kunjungan ke candi Sukuh ini adalah sangatlah menarik, selain pemandangan dan udaranya yang sejuk, candi ini seolah banyak menyimpan misteri…


Comments From Friends

Pasti, akan ku sempat kan kesana mbaaak... semoga ga lama lagi deeeh.. makasih informasinya yg berharga ini... mamanya Ega
 
andinora wrote on May 4, '11
Liburan chan gak harus mahal n jauh chan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar