Minggu, 14 Oktober 2012

Tentang Integritas

July 13, 2010



Disini, aku tidak akan bicara mengenai pengertian dari kata INTEGRITY. Integrity disini berkaitan dengan apa yang belakangan ini aku dorong, aku upayakan dengan seluruh tenaga dan pikiranku.
Apa yang aku tulis kali ini berkaitan dengan tulisanku sebelumnya yang berjudul “My Seven Long Years Road”. Sebagaimana yang aku kisahkan dalam tulisanku sebelumnya, bahwa aku menemukan dunia yang aku cari dalam pekerjaan yang aku jalani ini, sehingga aku total menjalankan tugas dan tanggung jawabku diinstitusi itu. Namun sebagaimana yang aku khawatirkan, akhirnya sebagai kantor cabang, maka akhirnya kantor, yang juga menjadi rumah kedua ku, diputuskan ditutup oleh management. Dan bagaimanakah dengan asetnya? Furniture, program, jaringan, staff.. akan dikemanakan kah semua itu..??
Management lembaga tempat kubernaung sebelumnya, mempersilakan aku, dan temanku Debby, mengajak alumni kantor regional untuk menggunakan aset yang ada untuk membentuk lembaga baru. Hal ini langsung kami sambut dengan semangat. Kami melihat ini sebagai peluang yang besar. Namun kami menghadapi permasalahan yang sangat berat, lembaga yang akan dibentuk ini tidak memiliki MODAL. Gak ada proyek yang dapat kami kelola untuk running kantor sebagaimana yang biasanya proses phasing out. Tetapi ini memang bukan phasing out.  Semua tahapan demi tahapan dilakukan, dari mulai pemilihan siapa yang akan kami ajak bergabung, penyusunan berbagai dokumen pendirian lembaga, kirim proposal, presentasi dengan donor, lobby, semua itu tidak mudah, dan sungguh menyita waktu dan energy. Namun, tidak ada terbersit dalam pikiranku ingin memiliki lembaga ini beserta asetnya seorang diri. Karena Aku bukanlah seorang yang gila kekuasaan atau mengalami power sindrome. Impianku hanyalah ingin menjadikan lembaga ini sebagai “rumah” bagi para alumni kantor regional. Sehingga pada saat mereka tidak memiliki tempat diluar sana, mereka tetap ada tempat disini, dilembaga ini.
Dalam pikiranku hanya bagaimana lembaga ini bisa segera terbentuk dan bisa running. Apakah semua itu ada bayarannya? Nope... semua volunteer, alias gratisan, meski tuk itu aku kudu jungkir balik, dan merogoh uang dari kocekku sendiri, padahal gajipun aku tak punya saat ini. Kalo dipikir pula, aku juga punya kebutuhan hidup yang harus aku penuhi. Namun aku telah memilih sehingga aku berusaha konsisten dengan pilihanku ini. Namun adakah yang menghargai itu semua?, adakah yang menyadari bagaimana aku harus pontang-panting mengejar orang-orang itu agar mengumpulkan KTP mereka dengan segera?, bahkan aku sampai harus membantu staff Notaris nya mengetikkan akta kami (dan itupun masih menggunakan Word 123) dikarenakan notaris yang sebelumnya secara mendadak mengembalikan ordernya sementara orang-orang sudah terlanjur dipanggil untuk hadir tanda tangan.
Ternyata apa yang aku lakukan ini pun tidak semuanya berjalan dengan mulus. Malah jika boleh dibilang aku harus membayar mahal. Aku lupa memperhitungkan tingkat politik dan aku juga tidak paham bagaimana bermain politik, sekali lagi dalam pikiranku aku hanya berpikir bagaimana lembaga ini bisa jalan. Disinipun aku telah keliru, dengan bersikeras dan berupaya agar para alumni bisa terlibat, aku berpikir bahwa itu adalah bagian dari memperjuangkan teman-temanku, sahabatku yang sekali lagi menurut aku para alumni inilah yang seharusnya punya hak pertama kali untuk ditawari keterlibatannya. Namun aku keliru... sungguh keliru, karena impianku, bukanlah impian mereka, harapanku bukanlah harapan mereka. Mungkin aku terlalu lugu atau terlalu naif sebagaimana yang mereka bilang. Itu adalah kekeliruanku yang pertama.
Kekeliruanku yang kedua adalah Hal lain yang aku keliru adalah, aku berusaha agar semua orang bisa berbahagia, namun aku lupa untuk membuat diriku bahagia...
Kekeliruanku yang ketiga adalah Orang yang selalu mengatasnamakan demokrasi tidak sellau bisa menerima hasil demokrasi. Hal lain yang tidak kalah menyakitkannya adalah saat aku memperoleh suara tertinggi dalam rapat anggota untuk pengurus melebih atasan ku sebelumnya, yang terjadi adalah aku dibilang pengkhianat dan menusuk dia dari belakang.. sungguh menyakitkan.
Sungguh ku belajar banyak dari proses ini... Semoga, lembaga baru ini bisa memberikan kontribusi bagi Jogja, bagi Indonesia.. ada atau tidak adanya aku didalamnya.....
Salam Integritas.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar