July 13, 2010
Disini,
aku tidak akan bicara mengenai pengertian dari kata INTEGRITY.
Integrity disini berkaitan dengan apa yang belakangan ini aku dorong,
aku upayakan dengan seluruh tenaga dan pikiranku.
Apa
yang aku tulis kali ini berkaitan dengan tulisanku sebelumnya yang
berjudul “My Seven Long Years Road”. Sebagaimana yang aku kisahkan
dalam tulisanku sebelumnya, bahwa aku menemukan dunia yang aku cari
dalam pekerjaan yang aku jalani ini, sehingga aku total menjalankan
tugas dan tanggung jawabku diinstitusi itu. Namun sebagaimana yang aku
khawatirkan, akhirnya sebagai kantor cabang, maka akhirnya kantor, yang
juga menjadi rumah kedua ku, diputuskan ditutup oleh management. Dan
bagaimanakah dengan asetnya? Furniture, program, jaringan, staff.. akan
dikemanakan kah semua itu..??
Management
lembaga tempat kubernaung sebelumnya, mempersilakan aku, dan temanku
Debby, mengajak alumni kantor regional untuk menggunakan aset yang ada
untuk membentuk lembaga baru. Hal ini langsung kami sambut dengan
semangat. Kami melihat ini sebagai peluang yang besar. Namun kami
menghadapi permasalahan yang sangat berat, lembaga yang akan dibentuk
ini tidak memiliki MODAL. Gak ada proyek yang dapat kami kelola untuk running kantor sebagaimana yang biasanya proses phasing out. Tetapi ini memang bukan phasing out. Semua
tahapan demi tahapan dilakukan, dari mulai pemilihan siapa yang akan
kami ajak bergabung, penyusunan berbagai dokumen pendirian lembaga,
kirim proposal, presentasi dengan donor, lobby, semua itu tidak mudah,
dan sungguh menyita waktu dan energy. Namun, tidak ada terbersit dalam
pikiranku ingin memiliki lembaga ini beserta asetnya seorang diri.
Karena Aku bukanlah seorang yang gila kekuasaan atau mengalami power sindrome. Impianku hanyalah ingin menjadikan lembaga ini sebagai “rumah” bagi para alumni kantor regional. Sehingga pada saat mereka tidak memiliki tempat diluar sana, mereka tetap ada tempat disini, dilembaga ini.
Dalam pikiranku hanya bagaimana lembaga ini bisa segera terbentuk dan bisa running. Apakah semua itu ada bayarannya? Nope... semua volunteer,
alias gratisan, meski tuk itu aku kudu jungkir balik, dan merogoh uang
dari kocekku sendiri, padahal gajipun aku tak punya saat ini. Kalo
dipikir pula, aku juga punya kebutuhan hidup yang harus aku penuhi.
Namun aku telah memilih sehingga aku berusaha konsisten dengan
pilihanku ini. Namun adakah yang menghargai itu semua?, adakah yang
menyadari bagaimana aku harus pontang-panting mengejar orang-orang itu
agar mengumpulkan KTP mereka dengan segera?, bahkan aku sampai harus
membantu staff Notaris nya mengetikkan akta kami (dan itupun masih
menggunakan Word 123) dikarenakan notaris yang sebelumnya secara
mendadak mengembalikan ordernya sementara orang-orang sudah terlanjur
dipanggil untuk hadir tanda tangan.
Ternyata
apa yang aku lakukan ini pun tidak semuanya berjalan dengan mulus.
Malah jika boleh dibilang aku harus membayar mahal. Aku lupa
memperhitungkan tingkat politik dan aku juga tidak paham bagaimana
bermain politik, sekali lagi dalam pikiranku aku hanya berpikir
bagaimana lembaga ini bisa jalan. Disinipun aku telah keliru, dengan
bersikeras dan berupaya agar para alumni bisa terlibat, aku berpikir
bahwa itu adalah bagian dari memperjuangkan teman-temanku, sahabatku
yang sekali lagi menurut aku para alumni inilah yang seharusnya punya
hak pertama kali untuk ditawari keterlibatannya. Namun aku keliru...
sungguh keliru, karena impianku, bukanlah impian mereka, harapanku
bukanlah harapan mereka. Mungkin aku terlalu lugu atau terlalu naif
sebagaimana yang mereka bilang. Itu adalah kekeliruanku yang pertama.
Kekeliruanku yang kedua
adalah Hal lain yang aku keliru adalah, aku berusaha agar semua orang
bisa berbahagia, namun aku lupa untuk membuat diriku bahagia...
Kekeliruanku yang ketiga adalah
Orang yang selalu mengatasnamakan demokrasi tidak sellau bisa menerima
hasil demokrasi. Hal lain yang tidak kalah menyakitkannya adalah saat
aku memperoleh suara tertinggi dalam rapat anggota untuk pengurus
melebih atasan ku sebelumnya, yang terjadi adalah aku dibilang
pengkhianat dan menusuk dia dari belakang.. sungguh menyakitkan.
Sungguh
ku belajar banyak dari proses ini... Semoga, lembaga baru ini bisa
memberikan kontribusi bagi Jogja, bagi Indonesia.. ada atau tidak adanya
aku didalamnya.....
Salam Integritas.............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar