Rabu, 10 Oktober 2012

Tight Duties - Samarinda

24th June 2009

Kali ini penugasan kerjaku lumayan jauh..Kalimantan Timur.. tepatnya Samarinda. Tugas kali ini adalah untuk sosialisasi e-procurement, topic yang ½ tahun belakangan ini aku geluti. Sebenarnya kenapa aku bisa terlibat dalam kegiatan ini juga adalah suatu kecelakaan. Kenapa aku bilang demikian, karena sewaktu Bang Henry, PM kami coba menghubungi Dil terkait dengan hal ini, Dil tidak bisa dihubungi, entah sedang sibuk apa dia. Maka akulah yang kemudian diminta untuk membantu sosialisasi ini. Sampai last minute aku masih tidak tahu siapa yang akan berangkat kesana, aku bahkan sama sekali tidak berpikir bahwa aku juga akan berangkat kesana, Hingga akhirnya sewaktu pulang dari Jakarta, ada sms Dil yang menyatakan bahwa yang berangkat kesana yaitu aku, DoA dan Dil. What? Kagak salah denger? Setelah sekian lama, aku bisa traveling bareng lagi ma dia? Really surprising… Namun, dihari terakhir Dil menyampaikan bahwa DoA tidak jadi ikut sehingga hanya aku dan dia yang berangkat.
Itinerary, 23 berangkat dan pulang 25 June 2009. Itu schedule awal. Kemudian di last minute pula, Dil mengirimkan e-tiket dia ke aku, disitu kulihat jadwal dia, berangkat tanggal 23 pulang tanggal 24 malam. Kutanya, kenapa berubah? Dia kemudian menyampaikan dari mulai alasan DSA, sampai dengan tidak diperbolehkan ma PM jika pulang tanggal 25.. Hmm… Dil.. I knew you… ada hal yang lain yang tidak kamu ungkapkan…. Bahkan waktu ku minta alasan yang sebenarnya, kamu masih mengindar. Well its your choice….
Tanggal 23 gue harus berangkat, namun sewaktu akan berangkat, Ega demam, sedih dan berat banget rasanya. Ingin sekali membatalkan kepergian dan nemenin Ega. Konsekuensi seorang Ibu yang bekerja. Dan percayalah ini tidaklah mudah.
Sore jam 16.00 dengan pesawat Mandala aku menuju Kalimantan Timur, pesawat ini akan membawaku menuju Balikpapan. Dari Jogja, tidak ada pesawat Garuda. Lama penerbangan yang harus ditempuh adalah 1 jam 40 menit. Dan selama perjalanan, tidak ada permen, minum pa lagi makanan. Hik hausnya…
Selisih waktu antara Jogjakarta dengan Kalimantan adalah 1 jam. Kalimantan lebih dulu 1 jam daripada Jogja. Aku mendarat jam 18.00 di Bandar Udara Sepinggan, Balikpapan. Sesampai disana, aku masih harus menunggu Dil yang datang dari Jakarta 1 jam dibelakang ku dengan Garuda.
Dil mendarat ternyata terlambat 30 menit, dari Balikpapan untuk menuju Samarinda kami masih harus menempuh perjalanan darat selama 3 jam. Kami hanya mampir untuk makan malam. Selesai makan malam kami lanjutkan perjalanan ke Samarinda, Jalanan yang berliku, gelap dan berlobang. Sumpah gak keliatan kanan kiri. Bahkan sungai Mahakam yang luas itu pun gak keliatan. Selain itu, badan yang penat dan ngantuk semakin bikin tidak nyaman.
Setelah 3 jam perjalanan, akhirnya sampailah kami di Samarinda. Hotel yang kami gunakan adalah Hotel Bumi Senyiur. Hotel termahal di Samarinda. Hotelnya biasa sich, untung kamarnya bagus. Karena kita check in nya dah malam yaitu jam 12.00. Bikin kasir salah hitung DP uang kami. Lumaya sich 1 juta kelewatan ma dia. Maklum juga sich dia pasti dah ngantuk. Untung aku inget bener berapa uang yang kuserahkan ke dia.
Saking capeknya semua masuk kamar. Terus terang ini travellingku yang pertama ditahun 2009 ini bareng Dil, setelah semua gonjang ganjing itu. Seneng banget bisa lagi berpartner ma dia. Cuma kali ini dia sudah beda dengan yang dulu, cuma berasa dia gak konsen.
Pagi-pagi, kami harus bangun untuk ke acara. Beda waktu 1 jam ternyata berasa banget di badan. Namun waktu bangun tidur, aku berasa ada yang salah dengan mataku, rasanya sangat sakit, dan sewaktu kulihat di kaca, mataku sebelah kanan merah banget. Aduh.. apa aku kena belek an? Duh gimana nich, mana aku gak bawa kacamata. Sakit banget rasanya. Aku telephone suamiku dan kukasih tau kondisiku. Dia menyarankan aku beli obat mata cendo xitrol di apotek. Aku bilang kalo aku gak sempat karena acara padet. Akhirnya dia ngomel juga lewat sms. Meski aku bawa obat tetes mata  namun ternyata tidak mempan. Semakin siang mataku semakin sakit, untuk berkedip aza sakit banget. Sunggu tidak nyaman. Akhirnya sewaktu ada kesempatan sebentar, aku minta tolong staff pemda situ untuk mengantarkan ku ke apotek. Akhirnya dapat juga tuch obat. Ternyata keras banget obatnya namun dampaknya terasa koq. Jadi sebandinglah dengan harganya yang mahal juga untuk sebuah tetes mata.
Samarinda, kota yang kaya.. PAD daerah ini sangat tinggi. Didukung dengan sumber daya alam yang banyak, batu bara salah satunya menjadikan daerah ini kaya. Aku sudah sering keliling ke kantor pemerintahan, namun yang paling bagus adalah kantor pemerintahan di daerah ini. Menurut keterangan salah satu staff disitu, setiap tahun gedung ini direnovasi.. walah…Gedung yang megah dan bagus. Rumah dinas Gubernurnya pun sangat bagus. Di parkiran, berjajar mobil-mobil bagus dari berbagai merk dan keluaran terbaru. Mobil kijang kotak seperti yang sering kita lihat digunakan oleh orang-orang pemerintahan, gak akan kamu lihat disini.
Karena kemaren kami nyampenya malam banget jadi tidak bisa lihat apa-apa, maka hari ini kami bisa melihat pemandangan di Samarinda. Jajaran perahu besar yang tertambat disungai Mahakam pun terlihat disini.
Namun waktu yang sangat singkat dan mepet tidak mengijinkan kami pergi atau mampir kemana-mana. Begitu acara kelar, kami langsung kabur menuju bandara di Balikpapan. 3 jam bo’… yang paling deg-deg an sich Dil ma Bu farida.. hehe.. penerbangan mereka chan 2 jam sebelum gue. Jadi was-was juga mereka…
Akhirnya nyampe juga kami di bandara Sepinggan sore itu. Bandara ini sebenarnya cukup luas dan lokasinya pun juga bagus. Hanya.. sayang tata ruangnya tidaklah bagus. Tempat check in yang kecil  membuat penumpang dempet2x an disitu. Ruang tunggu yang sempit dan tidak tertata seperti menunggu di terminal bus. Archade2x nya pun juga tidak tertata dengan rapi, sungguh tidak nyaman.
Dibandara ini sempat kutanyakan kembali apa alasan sebenarnya Dil kekueh pulang hari ini. Dia masih tetap dengan jawaban semula. Aku jawab, Dil… saya terlalu tahu kamu, saya juga tau PM kita. Tapi apapun alasannya, itu hak Dil.. dan gue hargai itu... mungkin... dia tidak ingin diketahui siapapun.
Well… disinilah akhirnya kami kudu pisah menuju kota masing-masing. Aku ke Jogja dan Dil ke Jakarta. Entah kapan kami bisa bekerja secara bersama kembali. Aku tak tahu. Sungguh perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan…
Jogja… I am coming home…

SEJARAH SAMARINDA

Pada saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda dibawah Laksamana Speelman memimpin angkatan laut menyerang Makassar dari laut, sedangkan Arupalaka yang membantu Belanda menyerang dari darat. Akibatnya kerajaan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanudin terpaksa menandatangani PERJANJIAN BONGAJA pada tanggal 18 November 1667.
Sebagian orang-orang Bugis Wajo tidak mau tunduk pada perjanjian BONGAJA tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya. Diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai, rombongan tersebut diberi lokasi sekitar kampong melantai, suati daerah dataran rendah yang baik untuk usaha, pertanian, perikanan dan perdagangan. Sesuai dengan perjanjian, bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama dalam menghadapi musuh. Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar Muara Karang Mumus (daerah selili seberang). Tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan dalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu, dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak adanya perbedaan derajad apakah bangsawan atau tidak, semua “sama”derajadnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan dikiri kanan sungan daratan atau “rendah”. Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan ejaan menjadi “SAMARINDA”
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di SAmarinda pada permulaan tahun 1968 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya’ban 1078 H. Penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar