24th June 2009
Kali ini penugasan kerjaku lumayan jauh..Kalimantan
Timur.. tepatnya Samarinda. Tugas kali ini adalah untuk sosialisasi
e-procurement, topic yang ½ tahun belakangan ini aku geluti. Sebenarnya
kenapa aku bisa terlibat dalam kegiatan ini juga adalah suatu
kecelakaan. Kenapa aku bilang demikian, karena sewaktu Bang Henry, PM
kami coba menghubungi Dil terkait dengan hal ini, Dil tidak bisa
dihubungi, entah sedang sibuk apa dia. Maka akulah yang kemudian diminta
untuk membantu sosialisasi ini. Sampai last minute aku masih tidak tahu
siapa yang akan berangkat kesana, aku bahkan sama sekali tidak berpikir
bahwa aku juga akan berangkat kesana, Hingga akhirnya sewaktu pulang
dari Jakarta, ada sms Dil yang menyatakan bahwa yang berangkat kesana
yaitu aku, DoA dan Dil. What? Kagak salah denger? Setelah sekian lama,
aku bisa traveling bareng lagi ma dia? Really surprising… Namun, dihari
terakhir Dil menyampaikan bahwa DoA tidak jadi ikut sehingga hanya aku
dan dia yang berangkat.
Itinerary,
23 berangkat dan pulang 25 June 2009. Itu schedule awal. Kemudian di
last minute pula, Dil mengirimkan e-tiket dia ke aku, disitu kulihat
jadwal dia, berangkat tanggal 23 pulang tanggal 24 malam. Kutanya,
kenapa berubah? Dia kemudian menyampaikan dari mulai alasan DSA, sampai
dengan tidak diperbolehkan ma PM jika pulang tanggal 25.. Hmm… Dil.. I
knew you… ada hal yang lain yang tidak kamu ungkapkan…. Bahkan waktu ku
minta alasan yang sebenarnya, kamu masih mengindar. Well its your
choice….
Tanggal
23 gue harus berangkat, namun sewaktu akan berangkat, Ega demam, sedih
dan berat banget rasanya. Ingin sekali membatalkan kepergian dan nemenin
Ega. Konsekuensi seorang Ibu yang bekerja. Dan percayalah ini tidaklah
mudah.
Sore jam 16.00 dengan pesawat Mandala aku menuju Kalimantan Timur, pesawat ini akan membawaku menuju Balikpapan.
Dari Jogja, tidak ada pesawat Garuda. Lama penerbangan yang harus
ditempuh adalah 1 jam 40 menit. Dan selama perjalanan, tidak ada permen,
minum pa lagi makanan. Hik hausnya…
Selisih waktu antara Jogjakarta dengan Kalimantan adalah 1 jam. Kalimantan lebih dulu 1 jam daripada Jogja. Aku mendarat jam 18.00 di Bandar Udara Sepinggan, Balikpapan. Sesampai disana, aku masih harus menunggu Dil yang datang dari Jakarta 1 jam dibelakang ku dengan Garuda.
Dil mendarat ternyata terlambat 30 menit, dari Balikpapan
untuk menuju Samarinda kami masih harus menempuh perjalanan darat
selama 3 jam. Kami hanya mampir untuk makan malam. Selesai makan malam
kami lanjutkan perjalanan ke Samarinda, Jalanan yang berliku, gelap dan
berlobang. Sumpah gak keliatan kanan kiri. Bahkan sungai Mahakam yang
luas itu pun gak keliatan. Selain itu, badan yang penat dan ngantuk
semakin bikin tidak nyaman.
Setelah
3 jam perjalanan, akhirnya sampailah kami di Samarinda. Hotel yang kami
gunakan adalah Hotel Bumi Senyiur. Hotel termahal di Samarinda.
Hotelnya biasa sich, untung kamarnya bagus. Karena kita check in nya dah
malam yaitu jam 12.00. Bikin kasir salah hitung DP uang kami. Lumaya
sich 1 juta kelewatan ma dia. Maklum juga sich dia pasti dah ngantuk.
Untung aku inget bener berapa uang yang kuserahkan ke dia.
Saking
capeknya semua masuk kamar. Terus terang ini travellingku yang pertama
ditahun 2009 ini bareng Dil, setelah semua gonjang ganjing itu. Seneng
banget bisa lagi berpartner ma dia. Cuma kali ini dia sudah beda dengan
yang dulu, cuma berasa dia gak konsen.
Pagi-pagi,
kami harus bangun untuk ke acara. Beda waktu 1 jam ternyata berasa
banget di badan. Namun waktu bangun tidur, aku berasa ada yang salah
dengan mataku, rasanya sangat sakit, dan sewaktu kulihat di kaca, mataku
sebelah kanan merah banget. Aduh.. apa aku kena belek an? Duh gimana
nich, mana aku gak bawa kacamata. Sakit banget rasanya. Aku telephone
suamiku dan kukasih tau kondisiku. Dia menyarankan aku beli obat mata
cendo xitrol di apotek. Aku bilang kalo aku gak sempat karena acara
padet. Akhirnya dia ngomel juga lewat sms. Meski aku bawa obat tetes
mata namun ternyata tidak
mempan. Semakin siang mataku semakin sakit, untuk berkedip aza sakit
banget. Sunggu tidak nyaman. Akhirnya sewaktu ada kesempatan sebentar,
aku minta tolong staff pemda situ untuk mengantarkan ku ke apotek.
Akhirnya dapat juga tuch obat. Ternyata keras banget obatnya namun
dampaknya terasa koq. Jadi sebandinglah dengan harganya yang mahal juga
untuk sebuah tetes mata.
Samarinda, kota
yang kaya.. PAD daerah ini sangat tinggi. Didukung dengan sumber daya
alam yang banyak, batu bara salah satunya menjadikan daerah ini kaya.
Aku sudah sering keliling ke kantor pemerintahan, namun yang paling
bagus adalah kantor pemerintahan di daerah ini. Menurut keterangan salah
satu staff disitu, setiap tahun gedung ini direnovasi.. walah…Gedung
yang megah dan bagus. Rumah dinas Gubernurnya pun sangat bagus. Di
parkiran, berjajar mobil-mobil bagus dari berbagai merk dan keluaran
terbaru. Mobil kijang kotak seperti yang sering kita lihat digunakan
oleh orang-orang pemerintahan, gak akan kamu lihat disini.
Karena
kemaren kami nyampenya malam banget jadi tidak bisa lihat apa-apa, maka
hari ini kami bisa melihat pemandangan di Samarinda. Jajaran perahu
besar yang tertambat disungai Mahakam pun terlihat disini.
Namun
waktu yang sangat singkat dan mepet tidak mengijinkan kami pergi atau
mampir kemana-mana. Begitu acara kelar, kami langsung kabur menuju
bandara di Balikpapan.
3 jam bo’… yang paling deg-deg an sich Dil ma Bu farida.. hehe..
penerbangan mereka chan 2 jam sebelum gue. Jadi was-was juga mereka…
Akhirnya
nyampe juga kami di bandara Sepinggan sore itu. Bandara ini sebenarnya
cukup luas dan lokasinya pun juga bagus. Hanya.. sayang tata ruangnya
tidaklah bagus. Tempat check in yang kecil membuat
penumpang dempet2x an disitu. Ruang tunggu yang sempit dan tidak
tertata seperti menunggu di terminal bus. Archade2x nya pun juga tidak
tertata dengan rapi, sungguh tidak nyaman.
Dibandara ini sempat kutanyakan kembali apa alasan sebenarnya Dil kekueh pulang
hari ini. Dia masih tetap dengan jawaban semula. Aku jawab, Dil… saya
terlalu tahu kamu, saya juga tau PM kita. Tapi apapun alasannya, itu hak
Dil.. dan gue hargai itu... mungkin... dia tidak ingin diketahui
siapapun.
Well… disinilah akhirnya kami kudu pisah menuju kota masing-masing. Aku ke Jogja dan Dil ke Jakarta. Entah kapan kami bisa bekerja secara bersama kembali. Aku tak tahu. Sungguh perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan…
Jogja… I am coming home…
SEJARAH SAMARINDA
Pada
saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda dibawah Laksamana Speelman
memimpin angkatan laut menyerang Makassar dari laut, sedangkan Arupalaka
yang membantu Belanda menyerang dari darat. Akibatnya kerajaan Gowa
dapat dikalahkan dan Sultan Hasanudin terpaksa menandatangani PERJANJIAN
BONGAJA pada tanggal 18 November 1667.
Sebagian
orang-orang Bugis Wajo tidak mau tunduk pada perjanjian BONGAJA
tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara
gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya.
Diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan
yang dipimpin Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama).
Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa itu diterima dengan
baik oleh Sultan Kutai.
Atas
kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai, rombongan tersebut diberi
lokasi sekitar kampong melantai, suati daerah dataran rendah yang baik
untuk usaha, pertanian, perikanan dan perdagangan. Sesuai dengan
perjanjian, bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala
kepentingan Raja Kutai, terutama dalam menghadapi musuh. Semua rombongan
tersebut memilih daerah sekitar Muara Karang Mumus (daerah selili
seberang). Tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan dalam pelayaran
karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai.
Selain itu, dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Dengan
rumah rakit yang berada di atas air, harus sama sama tinggi antara
rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak adanya perbedaan
derajad apakah bangsawan atau tidak, semua “sama”derajadnya dengan
lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan dikiri
kanan sungan daratan atau “rendah”. Diperkirakan dari istilah inilah
lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan
ejaan menjadi “SAMARINDA”
Orang-orang
Bugis Wajo ini bermukim di SAmarinda pada permulaan tahun 1968 atau
tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan
hari jadi kota Samarinda. Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari
1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya’ban 1078 H. Penetapan ini
dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke
320 pada tanggal 21 Januari 1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar