Yogyakarta, 22 December 2009 
Di
 hari Ibu ini… kebanyakan status di FB adalah tentang hari Ibu.. berawal
 dari situ, jadi teringat tentang sosok Ibu atau yang bisaa aku panggil 
Mama. Ya, wanita yang telah melahirkan dan membesarkan aku.  Mama..
 adalah sosok wanita pekerja keras dan mandiri. Di usia senjanya kini 
pun dia masih terus bekerja. Dalam mendidik anak-anaknya dia menerapkan 
disiplin dan aturan yang ketat. Semua harus sesuai dengan aturan dia, 
dan apapun yang dia katakan tidak boleh di bantah. Masih teringat dalam 
gambaranku bagaimana kerasnya Mama dalam mendidik aku dan kakakku.  Dia selalu menanamkan betapa susahnya mencari uang, sehingga kita harus menghargai setiap rupiah dan tidak boleh enak-enakan.  Bahkan
 yang tidak pernah aku pahami dari kecil, mama ku tidak pernah 
menggunakan jasa pembantu rumah tangga, meskipun penghasilan dia lebih 
dari cukup untuk membayar seorang pembantu rumah tangga.  Semua
 pekerjaan rumah tangga dia kerjakan sendiri, dari mulai memasak, 
mencuci, setrika, meski sering dia harus berangkat kerja pagi-pagi buta 
untuk bekerja, tapi dia tetap berusaha untuk menyelesaikan semua 
pekerjaan rumah tangga. Alasan Mama saat kutanya mengapa tidak 
menggunakan jasa pembantu rumah tangga, jawabnya, “Nanti kamu keenakan, 
karena semua sudah ada yang mengerjakan jadi kamu tidak bisa ngerjain 
kerjaan rumah tangga. Iya kalau nanti suami kamu orang kaya, kalau 
tidak? Bisa nangis kamu. Belum lagi jika nanti kamu tinggal dengan 
mertua dan kamu tidak bisa ngapa-ngapain, apa nanti kata mertua kamu?”
Setelah
 aku renungkan, ternyata ada benarnya juga. Sejak mulai beranjak remaja,
 Mama memang sudah membiasakan aku dan kakak ku berbagi pekerjaan rumah.
 Yah, meski Kakak ku adalah Laki2x tetap tidak luput dari jatah membantu
 kerjaan rumah. 
Seringkali aku berseberangan pendapat dengan Mama. Mama bilang, dari 2 anaknya aku yang paling ngeyel dan suka membantah.  Mungkin
 karena karakterku sendiri yang sulit untuk menahan semua hal jika aku 
merasa ada yang tidak sepaham, apalagi jika hal itu tidak masuk dalam 
logikaku. Boleh dibilang, pekerjaan Mama berhubungan dengan banyak orang
 dan level internasional. Namun mengenai pola pikir, Mama masih sangat 
konservatif dan sangat memegang nilai-nilai dan aturan-aturan Jawa yang 
sangat kental. Dalam hidupnya hanya ada hitam dan putih, tidak ada 
abu-abu atau warna lain. Jika menurut pandangan dia sesuatu itu salah, 
apapun alasannya tetaplah salah. Sampai dengan kuliah semester 2 aku 
masih dilarang jalan dengan cowok. Dan jika ada yang datang ke rumah, 
jam 9 tet harus sudah pulang jika tidak aku akan dipanggil kedalam dan 
mendapat komentar banyak banget. Namun jangan salah, Mama ku selalu baik
 dan sangat welcome dengan teman2x ku. Bahkan teman2x dekatku semua 
dianggap seperti keluarga olehnya, mereka juga memanggil Mama.  
Salah
 satu statement dari Mama yang aku selalu ingat ketika aku merasa 
mengapa seperti berbeda perlakuan terhadap aku dan Kakak ku. Jawab Mama,
 “karena kalian memang beda” dan aku masih tidak paham mengapa itu 
menjadi alas an. Hingga suatu hari mama mengatakan bahwa sedari kecil 
kakak ku sering sakit-sakitan, dia juga lebih pendiam dan memendam semua
 di hati. Sementara aku menurut Mama.. dibiarin aza juga pasti hidup. 
Maksudnya? Menurut Mama, karena aku lebih kuat, dan aku lebih bisa 
diandalkan dan itu sudah terlihat dari kecil. Ternyata definisi adil 
disini adalah bukan sama rata tetapi mendapat sesuai kemampuan dan 
kebutuhan.
 Sering
 aku merasa semua yang aku lakukan tidak pernah benar di mata Beliau, 
semua selalu salah dan tidak pernah membuat Mama Puas. Tidak pernah 
keluar kata pujian sedikit pun meski sebesar apa aku sudah berusaha dan 
meraih prestasi. Mama juga tidak pernah memelukku untuk sekedar 
mengucapkan selamat ulang tahun atau ungkapan sayang dia, sebagaimana 
ada di sinetron-sinetron.
Dahulu
 aku tidak memahami itu semua sama sekali, namun perlahan bersama dengan
 semakin dewasanya aku, aku mulai sedikit demi sedikit memahami pola 
pikir dan pandangan Beliau. Sekarang aku sudah menikah dan memiliki 
anak. Dan aku sudah menjadi seorang Ibu pula. Beberapa yang aku pahami 
dari pandangan Mama adalah:
- Sebagai seorang isteri dan Ibu, aku masih tetap bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga setinggi apapun karir dan pekerjaan aku. Ini menjadikan aku lebih bertanggung jawab dalam kondisi rumah tangga aku
- Sebagai seorang Ibu, dia ingin memastikan semua keluarganya aman dan terhindar dari berbagai permasalahan kehidupan
- Semodern apapun kita, Norma dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat tetap harus kita junjung dan kita jalani
- Dia ingin anaknya terus berusaha mencapai yang terbaik, lebih tinggi dan tidak mudah merasa puas
- Dia menunjukkan rasa sayang dan perhatian bukan dengan pelukan namun dengan semua upaya dia memenuhi dan memastikan anak-anak dan keluarganya mendapat yang terbaik dan tidak kekurangan
- Rasa bangga akan anak-anaknya selalu dia ceritakan kepada teman dan kerabat, meski si anak tidak tahu hal itu
Satu hal lagi,  seberapa
 dewasa dan tuanya kita, dimata orangtua, Ibu… kita tetaplah anak-anak. 
Mama bukanlah sosok yang sempurna… namun.. apapun kondisinya, aku, kami 
perlu berterima kasih atas semua yang dia lakukan dan upayakan untuk 
kehidupan kami, anak dan keluarganya. Dan jika ada pahlawan paling 
berjasa dalam kehidupan ini pastilah Mama. Dia yang membentuk aku 
menjadi seperti sekarang ini, aku juga bisa mencapai tahap seperti ini 
salah satunya adalah juga karena dukungan dan doa Mama. Thanks Mom.. and
 Love You…
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar