Minggu, 14 Oktober 2012

Menikmati Solo dengan Cara yang Berbeda

Juni 2012

B
erawal dari melihatnya Ega ke sebuah bis tingkat (istilah Ega Bis tumpuk..^_^ ) yang melintas di jalanan kota Solo. Sejak itu hampir setiap saat Ega selalu minta naik bis tingkat, namun selalu jadwal bis dengan kunjungan kami ke Solo tidak pernah cocok. Sehingga pada saat Ega libur sekolah, maka kuputuskan untuk mengabulkan keinginan Ega untuk naik bis tingkat. Setelah mengumpulkan informasi, maka diperoleh:
1.      Bis hanya beroperasi pada hari minggu saja, kecuali saat liburan sekolah
2.      Tiket Bis bisa dibeli di Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Yang menarik, kita bisa booking dulu
3.      Harga Tiket adalah Rp. 20.000,- per orang
4.      Start dan Finish Bis di Dinas Pehubungan Kota Surakarta
Well, berbekal informasi tersebut, maka akhirnya ku telephone  Dinas Perhubungan Kota Surakarta/Solo untuk booking tiket buat aku dan Ega, kami dapat jadwal Hari Minggu jam 09.00. Di Hari Minggu pagi, berangkatlah aku dan Ega ke Solo. Namun karena hari itu bersamaan dengan hari libur sekolah, palagi hari Minggu, jalanan lumayan padat. Sepanjang perjalanan aku berulang kali dihubungi oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta untuk menanyakan aku sudah sampai dimana dan memastikan aku tidak tersesat J .. Mereka cukup ramah dan sangat membantu, tks to bu Indri yang sudah banyak membantu..
Namun setelah mereka menunggu 20 menit dan kami belum sampai mereka menginformasikan bahwa mereka terpaksa berangkat terlebih dahulu, dan kami diminta untuk menyusul di Slamet Riyadi.
Akhirnya dapat juga kami naik bis tersebut dari jalan Slamet Riyadi, dan…mulailah perjalanan kami dimulai.. Bis terbagi menjadi 2 tingkat; bawah AC dan atas dengan jendela terbuka tanpa kaca, seperti Hippo Bus yang ada di Singapore. Sepanjang perjalanan ada guide yang memandu dan menjelaskan apa saja yang ada di kanan kiri kita, baik itu nama jalan, bangunan termasuk sejarahnya. Misal: saat bis melintas di pasar Gede, yang merupakan pasar tradisional tertua di Solo yang didepannya terdapat tugu jam, dijelaskan sejarah berdirinya tugu tersebut adalah untuk memperingati banjir yang pernah melanda kota Solo yang tinggi nya sama dengan tinggi tugu tersebut.. just knew..begitu pula saat melewati kampung Arab, Kraton dll.. Jadi dalam waktu yang sangat singkat selain berwisata, kita juga belajar mengenal secara cepat sejarah Kota Solo....  Pengalaman yang berharga
Secara keseluruhan, lama perjalanan menggunakan bis ini adalah 2.5 jam, namun bias lebih tergantung tingkat kemacetan Kota Solo. Selain Start dan Finish di Dinas Perhubungan Kota Surakarta, bis ini berhenti di 2 tempat yaitu: Jalan Slamet Riyadi dan Kebun Binatang Jurug.
Sebenarnya akan lebih menarik apabila penjelasan dari Guide yang ada lebih interaktif dan tidak sekilas-sekilas . Tips jika naik bis ini adalah terutama jika kalian memilih banguk diatas:
1.      Bawalah Kacamata, karena selain silau banyak debu yang bisa bikin mata pedih
2.      Bawalah makanan dan minuman secukupnya
3.      Meski tiket bisa dibeli di tempat, namun akan lebih nyaman jika booking tiket terlebih dahulu melalui telephone, karena kapasitas bis sangat terbatas.

Sekedar Flash Back:
Waktu aku kecil, di Solo sebenarnya sudah ada bis tingkat yang fungsinya sama dengan bis kota, namun dalam perkembangannya bis tingkat di Solo sempat menghilang lama, sampai akhirnya muncul dengan konsep yang benar-benar berbeda, bukan di fungsikan sebagai bis kota atau kendaraan umum tetapi difungsikan sebagai kendaraan wisata.

Family Trip - Singapore II


Family Trip – Singapore II
17-20 June 2012
Ega’s B’day

Ini kunjungan kami ke-2 bersama Ega… sebenarnya sekaligus memberikan hadiah ulang tahun Ega yang ke-4.. Sekali lagi, tiket kami beli sudah sejak 1 tahun yang lalu saat penerbangan AA ada promo…  total biaya tiket AA untuk kami bertiga Yogya-Sing-Yogya adalah : Rp. 2.345.000,- atau Rp. 781.670 per orang.
Dan setelah 1 tahun menunggu, akhirnya hari yang ditunggu2x datang juga… liburan… so exciting… Namun ternyata bulan Juni di Singapore itu masuk peak season.. sehingga semua menjadi mahal, dari mulai penginapan sampai tempat hiburan.. bahkan untuk apartement di Lucky Plaza yang biasanya dapat dengan rate di bawah S$ 90 di bulan Juni ini rate tembus di harga S$ 250 gila lebih mahal dari pada rate hotel…Akhirnya setelah mempertimbangkan berbagai hal kami memilih hotel 81 bencoolen. Reservasi kami lakukan melalui internet.  
Di Trip kali ini kami mengambil tempat-tempat yang belum kami datangi sewaktu trip kami ke Singapore sebelumnya.. see my previous post http://andinora.multiply.com/journal/item/56/Family-Trip-to-Singapore 
Post kali ini akan mengulas perjalanan kami ke :
  1. Night Safari
  2. Universal Studio
  3. Song of The Sea
  4. Krishnan Temple dan Kwan Im Kwan Im Thong Hood Cho Temple - Bugis Street
  5. Sri Mariamman Temple

DAY I
Tanggal 17 Juni pagi kami berangkat.. dan setelah menempuh perjalanan selama 2 jam akhirnya kami sampai di Singapore. Dari Bandara kami langsung menuju ke hotel.. sempat ill feel saat melihat bangunan hotel yang tua dan sudah mulai kusam.. Namun pemikiran kami menjadi berubah saat kami sampai ke kamar.. meskipun kecil kamar yang kami tempati sangat bersih..
Setelah menaruh barang dan makan siang kami menuju ke orchard road.. tadinya aku ingin ke science city tapi suami ku minta ke orchard road dulu, well jadi lah kami jalan2x ke orchard road dengan menggunakan MRT, kebetulan lokasi hotel sangat dekat dengan stasiun MRT. Setelah puas jalan2x kami lanjut ke night safari

Night Safari
Rasa penasaran ingin tahu seperti apa night safari yang ada di negeri ini maka ini adalah tujuan pertama kami. Terletak di Singapore Zoo yang jaraknya lumayan jauh. Dengan menggunakan MRT kita turun di Ang Mo Kio, masih harus dilanjutkan dengan menggunakan bis. Namun karena Ega ketiduran maka dari Ang Mo Kio station kami meneruskan perjalanan menggunakan Taxi. Karena jaraknya yang jauh maka biaya taxi nya mencapai S$ 17. Padahal kalau menggunakan Bis kita hanya harus membayar S$ 1.2 per orang.. perbedaan yang sangat significant ya...
Namanya aza Night Safari maka bukanya juga malam hari yaitu jam 18.30. Sampai sana sudah banyak pengunjung yang ngantri.. Setelah membayar tiket sebesar S$ 96 atau S$ 32    per orang maka kami masuk di arena antrian pengunjung. Biasa karena Juni masuk ke bulan liburan sekolah antrian panjang banget.
Perjalanan ditempuh dengan menggunakan kereta mobil, dengan pemandu perjalanan yang menjelaskan apa yang ada sepanjang perjalanan.. Ada beberapa peraturan yang harus ditaati selama perjalanan diantaranya adalah tidak boleh menyalakan blitz kamera atau handy cam, bahkan disarankan untuk tidak memotret. Hal ini dikarenakan sinar dari kamera dikhawatirkan akan mengagetkan binatang2x. Inti dari perjalanan ini adalah kita menikmati hutan dan binatangnya di malam hari. Lumayan menghibur meski sebenarnya jauh dari expectacy kami. Apalagi kebanyakan binatangnya adalah babi-babi dari mulai babi hutan sampai babi rusa dan sapi-sapi , bahkan sapi bali juga ada disini.. kata suami gue...”halah jauh2x kesini dan bayar mahal-mahal Cuma lihat babi dan sapi.. :) )” tapi sejauh itu lumayan menghiburlah.. Namun yang paling menarik bagi gw adalah cara pemandu yang menjelaskan selama perjalanan bukan hanya menjelaskan isi dari kebun binatang tetapi dia juga menyampaikan pesan-pesan untuk menjaga lingkungan terutama hutan hujan (Rain Forest) yang jumlahnya sudah sangat sedikit dan sangat penting untuk menjaga oksigen dunia... kreatif banget dech... Lama perjalanan +/- 1 jam. Ega.. pastinya sangat exciting banget meski takut karena gelapnya.. hehe.. senengnya bisa memperlihatkan Ega sesuatu yang Baru dan menarik buat dia..

DAY II, Sentosa Trip
Hari ini Ega Ulang Tahun yang ke-4... Horee... Happy Birthday My Lovely Son......Wish U many.. Many Happiness..
Hari ini tujuan kami adalah ke Pulau Sentosa.. jika perjalanan kami tahun lalu ke Pulau Sentosa kami menuju ke berbagai wahana di Pulau Sentosa seperti Underwater World, Insectisida ,etc.. maka kali ini kami ke Universal Studio dan Song of The Sea..
Sesampai di Vivo City kami membeli beberapa makanan dan minuman. Sebagaimana sudah saya sampaikan di post saya sebelumnya, makanan dan minuman di Pulau Sentosa sangat mahal sehingga ada baiknya sebelum ke Sentosa lebih baik membeli makanan dan minuman terlebih dahulu. Setelah itu kami naik ke Level 3 dan kami membeli tiket Sentosa Pass @ S$ 3 per orang dan Song of The Sea @ S$ 10 per orang sehingga total yang kami bayar adalah S$ 36, untuk tiket Universal Studio harus dibeli di Universal Studio langsung.

Universal Studio
Finally kesini juga... setelah berfoto di  globe universal studio dan gerbang studio kami langsung menuju loket untuk membeli tiket masuk. Dengan membayar tiket terusan seharga S$ 72 per orang.. jika dirupiahkan untuk ber3 yaitu 1 juta lebih untuk 3 orang.. (mahal ya… ) setelah itu mulailah kami memulai perjalanan kami mengitari Universal Studio. Secara keseluruhan sebenarnya Universal Studio hampir tidak berbeda dengan DUFAN yang ada di negara kita. Hanya jika yang ada di Studio mereka mengusung beberapa tema yang ada di film-film terkenal . Hal yang menarik dari universal studio ini selain toko souvenirnya yang menarik2x dan barangnya keren n lucu-lucu, begitu masuk langsung kita jumpai brosur yang berisi informasi secara jelas mengenai lokasi dan jam pertunjukan di masing-masing area. Selain itu bagi yang membawa anak kecil tidak perlu khawatir mereka akan capek berjalan keliling lokasi karena tempat ini menyediakan penyewaan stroller...
Beberapa tips ketika mengunjungi universal studio :
  1. Pelajari           peta lokasi pada brosur. Ini akan membantu kalian dalam memutuskan mana permainan atau pertunjukan yang akan kalian tuju, sehingga akan menghemat waktu kita
  2. Perhatikan jam-jam pertunjukan. Ini akan membantu kalian agar tidak ketinggalan pertunjukan yang akan kalian lihat.
  3. Bawalah jas hujan yang tipis, karena beberapa permainan akan membuat kita basah
  4. Bawalah topi/payung, karena udara di universal studio sangat panas
  5. Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup sebelum ke universal studio karena cuaca yang panas akan membuat kalian sangat haus dan pastinya jika beli di universal studio pastinya sangat mahal
  6. Bawalah baju ganti cadangan terutama jika bawa anak-anak, karena selain baju mudah basah karena keringat juga bisa kena semprotan air dari beberapa pertunjukan

Song of The Sea
Pertunjukan ini dimulai jam 17.30, sehingga waktu nya sangat pas dari universal studio dan langsung ke Song of the Sea.. ticket untuk acara ini adalah S$ 10/pax. Setelah menunggu sesaat akhirnya pertunjukan dimulai. Sekali lagi jika tidak ingin basah, jangan mengambil tempat duduk di baris terdepan..
Saat awal pertunjukan sedikit membosankan, namun setelah itu.. two tumb dech.. keren.. Song of the Sea secara keseluruhan merupakan pertunjukkan laser yang dikombinasikan dengan sound system dan drama musical. Most Recommended...

DAY III
KRISHNAN TEMPLE DAN KWAN IM THONG HOOD CHO TEMPLE - BUGIS STREET
Kali ini karena lokasinya yang sangat dekat dengan hotel, maka kami hanya berjalan kaki menuju kesana. Tujuan ke Bugis street apalagi jika bukan untuk cari oleh-oleh. Namun bukan itu yang ingin saya ulas disini karena mengenai Bugis street sudah pernah saya ulas sebelum nya. Namun yang masih sedikit terekspose, di Bugis street ini terdapat 2 tempat peribadatan agama yang berbeda, Krishnan Temple dan Kwan Im Thong Hood Cho Temple. Letaknya berdekatan dan hanya terpisah beberapa meter saja. Di sekitarnya, berjajar beberapa toko yang menjual alat-alat ibadah Buddha serta souvenir untuk wisatawan.
Terutama di dekat Kwan Im Thong Hood Cho Temple, Anda bisa menemukan berbagai penjual bunga mulai dari crysant sampai teratai yang rata-rata dijual S$ 1 per batangnya. Para penjual ini akan makin banyak ditemui jika tiba waktunya sembahyang cu it dan cap goh atau awal dan pertengahan bulan kalender Tionghoa. Karena, bunga-bunga ini biasanya digunakan oleh para pengunjung yang datang untuk bersembahyang.
Di kala sore hari, area di sekitar kuil ini juga menjadi tempat untuk bersantai dari orang muda sampai yang tua. Khususnya bagi para lansia, tempat ini juga menjadi tempat untuk memanjakan diri dengan hiburan berciri khas budaya mandarin. Para pengunjung bisa memesan lagu apa saja kepada para pemusik jalanan yang juga kebanyakan para lanjut usia ini.
Satu lagi sudut yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung adalah patung Buddha Maitreya. Dipercaya, mereka yang menyentuh tubuh patung ini seperti kepala dan perutnya, bisa memperoleh rezeki nantinya.. Jadi ingat stupa yang di Borobudur...

Sri Mariamman Temple
Setiap kali ke Singapore, aku selalu ke China Town, tetapi baru kali ini aku mengetahui keberadaan kuil ini, jadi judulnya adalah tidak sengaja, padahal selama ini selalu penasaran dimana lokasi kuil ini dan seperti apa..
Kuil Sri Mariamman merupakan kuil Hindu tertua di Singapore yang dibangun dengan gaya Dravida. Terletak di No 244 South Bridge Road, di distrik Chinatown pusat kota, kuil berfungsi terutama India Selatan Tamil Hindu Singapura di negara kota itu.
Sri Mariamman Temple didirikan pada 1827 oleh Naraina Pillai, delapan tahun setelah British East India Company yang didirikan penyelesaian perdagangan di Singapura.

Pillai adalah seorang pegawai pemerintah dari Penang yang tiba di Singapura dengan Stamford Raffles dalam kunjungan keduanya ke pulau pada bulan Mei 1819. Dia melanjutkan dengan mendirikan perusahaan konstruksi pertama di pulau itu. Dia juga memasuki perdagangan tekstil. Pillai cepat membuktikan dirinya dalam bisnis dan diidentifikasi sebagai pemimpin komunitas India.
Mariamman adalah Dewi yang disembah di Pedesaan India Selatan yang disembah untuk perlindungan terhadap penyakit. Kuil ini juga dikenal umat selama bertahun-tahun sebagai Vinayagar Sithi dan Gothanda Ramaswamy Mariamman Temple atau, lebih sederhana, Mariamman Kovil ('Kovil' menjadi kata Tamil untuk candi).
Secara historis, kuil itu Registry Nikah bagi umat Hindu. Pada saat itu, hanya imam Sri Mariamman Temple berwenang untuk melangsungkan upacara pernikahan Hindu di Singapura. Hari ini, di samping layanan keagamaan dan fungsinya, candi mempromosikan kegiatan sosial, budaya dan pendidikan yang beragam. Skala pintu-pintu ini dimaksudkan untuk mendorong kerendahan hati pada pengunjung dan menekankan skala manusia kecil dalam hubungannya dengan Tuhan. Pintu-pintu yang dipenuhi dengan lonceng emas kecil disusun dalam pola grid, Sehingga akan berdering ketika mereka bergerak melalui. Begitu memasuki kuil, alas kaki harus dilepas di pintu masuk sebagai tanda hormat.
Fokus kuil ini adalah ruang doa utama, yang diapit oleh dua kuil dewa sekunder - Rama dan Murugan. Ruang ibadah utama ini dikelilingi oleh serangkaian berdiri bebas kuil, bertempat di paviliun seperti struktur dengan atap kubah dihiasi, yang dikenal sebagai 'Vimana'. Ini didedikasikan untuk dewa berikut: Durga, Ganesha, Muthularajah - juga dikenal sebagai Mathurai Veeran, dewa Tamil pedesaan, Aravan dan Dropadi.

Tempat suci untuk Dropadi adalah yang kedua paling penting di dalam Bait Allah, karena ia merupakan pusat festival api tahunan berjalan diselenggarakan di candi ini. Di sebelah kiri Dropadi adalah Pandawa lima dari epik Mahabharata - Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula Sadewa dan Mereka dipimpin oleh Sri Krishna.
Elemen penting candi adalah tiang bendera berdiri bebas. Beberapa hari sebelum festival atau upacara ritual, bendera dinaikkan di sini. Senyawa candi juga berisi patung lingam dan patung Yoni. Festival tahunan yang unik adalah Festival Cahaya yaitu upacara api berjalan yang diadakan sekitar satu minggu sebelum Deepavali.

Menanti Fajar di Pananjakan dan Gunung Bromo - Jawa Timur

15 April 2012

DINGIN…..

Y
ap.. itulah kata yang pertama kali keluar dari mulut kami begitu keluar dari mobil.. ya.. jam

waktu itu menunjukkan pukul 01.50 pagi saat kami sampai diparkiran mobil di lereng gunung Bromo untuk menyaksikan matahari terbit. Melihat matahari terbit memang selalu menarik terutama di Bromo, buktinya meski udara dingin menusuk dan harus begadang serta menembus pekatnya pagi untuk naik ke tempat yang dituju dengan senang hati dijalani pula. Dan ini adalah ke-5 kali nya aku datang ke Bromo. Route kali ini berbeda dengan yang biasa aku tempuh dari Yogya, yaitu arah Purbalingga, kali ini route ngambil yang Pasuruan. Makanya sempat bingung dan celingak clinguk sepanjang perjalanan. Berhubung kali ini nginep di Batu - Malang, kami membutuhkan waktu 1 jam 45 menit untuk sampai di Bromo
Begitu turun dari mobil kami mulai mencari JEP yang bisa kami tumpangi untuk ke Penanjakan. Setelah tawar menawar akhirnya diperoleh kesepakatan untuk 2 lokasi yaitu Penanjakan dan Gunung Bromo tariff JEP nya adalah Rp. 400.000,- lumayan kenaikan yang signifikan disbanding tariff tahun sebelumnya yaitu Rp. 250.000,-. Mau tidak mau kami harus mengambilnya, karena peraturan disana memang tidak boleh menggunakan mobil pribadi kecuali mobil nya adalah JEP. Setelah menunggu 2 jam di parkiran, JEP yang akan membawa kami datang juga. Hanya membutuhkan waktu 15 menit sampailah kami di Penanjakan. Udara di Penanjakan lebih dingin daripada di parkiran. Iyalah secaranya tempatnya lebih tinggi.. Ada yang menarik dari percakapan kami dengan sopir JEP yaitu saat dia menyampaikan: “Kenapa sich

 mba Cuma untuk melihat matahari terbit saja harus susah2x sampai sini. Matahari terbit chan dimana-mana sama saja..” hehe.. mungkin itu pula pertanyaan yang sering kita lontarkan saat ada wisatawan dari luar daerah bersusah2x mengunjungi tempat wisata di kota kita yang menurut kita biasa saja, mungkin karena kita sudah sering melihatnya.
Begitu sampai Penanjakan kami tidak langsung turun dari JEP karena selain udara diluar sangat dingin sementara matahari baru akan terbit sekitar 1.5 jam lagi, jadi kami memilih menunggu beberapa saat dulu didalam JEP sebelum kami naik. Setelah ½ jam kami menunggu di dalam JEP dan sudah mulai banyak orang berdatangan, kami memutuskan untuk naik ke Penanjakan. Rasa dingin tidak mengalahkan niat kami menanti matahari terbit. Udara dingin ini akan lebih dingin jika kita datang ke tempat ini sekitar bulan Juli – Agustus, dimana suhu bisa mencapai -6 derajat celcius. Bagi yang lupa tidak membawa perlengkapan semacam jaket tebal, kupluk, sarung tangan, syal, atau kaos kaki.. bisa beli tidak perlu khawatir karena disini banyak yang menjualnya.. bahkan di beberapa kios banyak yang menyewakan jaket tebal dengan harga yang terjangkau yaitu Rp. 10.000 -  Rp. 15.000,- sekali peminjaman.

Dan sesuai dengan perkiraan, matahari terbit jam 05.20, sedikit demi sedikit semburat merahnya mulai perlahan naik, perlahan pula pemandangan indah disekitar Penanjakan mulai kelihatan. Di depan perlahan pula terlihat menyerupai 3 buah gundukan yang sebenarnya adalah gunung Bromo, Gunung Batok dan Gunung Semeru (yang merupakan gunung tertinggi). Cantiknya….? Hmmm so beautifull…
Setelah mengambil beberapa foto,

 kami bergegas turun untuk pindah ke lokasi berikutnya yaitu Gunung Bromo. Dari Penanjakan ke gunung Bromo medannya selain berkelak kelok ditambah jalanan yang rusak parah dan belum diperbaiki, apalagi pasca letusan gunung bromo beberapa waktu yang lalu.
Jalan yang berliku dan berlobang-lobang masih harus kami lanjutkan dengan melewati pada pasir hingga kami akhirnya sampai di lereng Gunung Bromo. Sampai di Gunung Bromo jam sudah menunjukkan pukul 07.00 dan udara sudah tidak lagi sedingin 

sebelumnya. Ternyata tempat parker JEP lumayan jauh dari Gunung Bromo nya. Sehingga untuk sampai ke tangga yang akan membawa kita naik ke puncak Bromo kita harus berjalan kaki lumayan jauh, atau jika tidak mau jalan kaki bisa menggunakan kuda yang menurutku harganya sekarang sudah sangat mahal yaitu berkisar Rp. 100.000 an padahal tahun lalu aku kesini masih Rp. 50.000,-hmmm

Yang jelas wisata ke Bromo memang selalu ngangeni… Cuma sekarang wisata di Bromo mahalllllll……………

Merah Putihku Merah Putihmu

15 November 2011

Pagi itu, Gunung Emansiri masih tetap tegak kokoh berdiri setia menjaga Kampung yang berpenduduk sekitar 120 orang itu. Kabut tipis masih tampak meliputi Gunung Emansiri saat kulangkahkan kakiku secara perlahan meniti jalan Kampung yang masih tampak lengang. Sesekali kami berpapasan dengan penduduk setempat yang dengan ramah selalu menyapa dengan mengucap salam, “selamat pagi..” sapaan yang hampir tidak pernah kutemui di kota aku berasal jika kita berpapasan dengan orang lain. Ya… riuhnya kota seolah menenggelamkan sapaan yang ternyata mampu menyejukkan hati. Sekejap aku teringat dengan yang aku temui di Jepang yang juga melakukan hal yang sama saat berpapasan dengan orang.. sapaan ohayoo gosaimasu, komban wa.. ternyata, hal-hal kecil seperti sapaan bisa membuat hati kita bahagia. Tanpa kami sadari, langkah kami hampir mencapai ujung Kampung, kami pun memutuskan untuk berbalik kembali menuju rumah singgah kami di Kampung tersebut.. Sebuah rumah singgah yang bagus menurut ukuran kampung itu.. Dalam perjalanan kembali kami, langkah kami tertarik menuju kearah bangunan yang berdiri megah dan kokoh. Tampak bendera merah putih berkibar ditiang yang tertancap ditengah pekarangan bangunan yang ternyata adalah sebuah Sekolah Dasar. Kami sempat tertegun, karena ternyata ditempat yang terpencil ini ada sebuah sekolah yang bagus.. lebih bagus dari beberapa SD di Kota ku, bahkan beberapa media sering memberitakan adanya sekolah yang rubuh saking tuanya atau tidak memiliki dana untuk perbaikan dan perawatan sekolahnya.. Kami pun tergerak untuk melihat kelas demi kelas yang ada disitu.. Ada papan tulis, meja dan bangku siswa maupun guru, globe, dan setumpuk buku pelajaran yang tampak masih baru tersusun didalam almari kelas. Langkah kami sampai salah satu sudut bangunan sekolah. Tampak beberapa anak sedang bermain. Ada 3 orang anak yang mengenakan seragam pramuka, dan 2 orang mengenakan pakaian bukan seragam. Kami menduga bahwa mereka adalah murid sekolah tersebut. Tebakan kami ternyata benar, mereka adalah murid sekolah tersebut. Rasa penasaran kami membawa kami mendekati anak-anak tersebut.. dan pertanyaan demi pertanyaan mengalirlah dari mulut kami, dari jam berapa mereka masuk sekolah? Mengapa belum masuk? Mana gurunya? Kelas berapa mereka? Dengan setengah berbisik mereka menjawab, beberapa lari menghindar.. Berikut jawaban singkat atas pertanyaan kami.. 1) sekolah mulai jam 08.00 2) guru belum datang 3) Guru ke kota dan 4) ada yang kelas 1, 2, 4, 5 dan 5. Satu-satunya guru yang ada di sekolah adalah penduduk setempat yang bertugas menjaga dan membuka pintu sekolah. Bagaimana dengan guru yang lain? Mengapa mereka ke kota? Apakah ada keperluan khusus, rapat misalnya..? kapan mereka kembali?.. Dengan wajah lugu mereka menjawab berbagai pertanyaan kami.. bahwa guru yang lain semua sedang ke kota karena sekolah dan tidak tahu kapan mereka kembali. Aku jadi teringat saat dulu masih sekolah, setiap ada guru yang tidak dapat hadir mengajar alias absent semua pasti bersorak karena berarti tidak ada pelajaran dan kami bisa pulang lebih cepat. Namun disini, berbanding terbalik, murid2x ini setiap hari datang kesekolah dengan menggunakan seragam tanpa ada guru yang mengajar. Kondisi ini seperti menohok kami… sekejap aku melirik arloji di tangan kiriku.. well.. kami masih punya waktu 1 jam sebelum kami berdua (aku dan mas adam) harus menjadi fasilitator sebuah kegiatan yang melibatkan berbagai aparat pemerintah Kampung di daerah tersebut. Secara reflek aku meminta anak-anak tersebut masuk kedalam kelas dan duduk, semua campur dari yang kelas 1 pai 6.. aku tidak tahu apa yang harus kusampaikan didepan kelas.. secaranya aku bukanlah seorang guru.. well doesn’t matter yang penting semangat berbaginya… meski belum mandi, dan masih menggunakan baju yang ku pakai tidur semalam dan mas adam juga masih dengan sarungnya, jadilah kami berdua berdiri didepan kelas itu.. Mata pelajaran apa yang harus kami sampaikan..? pertanyaan itu sempat menjadi diskusi kecil kami saat kami akan masuk ke kelas.. Hal pertama yang terbersit dikepalaku adalah maraknya pemberitaan mengenai pulau ini, tentang diskriminasi, eksploitasi sumber daya alam pulau ini yang mereka merupakan bagian dari bangsa ini, bangsa Indonesia.. akhirnya aku mengawali dengan hal dasar.. jadi tema 1 jam kedepan adalah Mengenal Indonesia. Sebelum kami mulai, aku dan mas adam mulai memperkenalkan diri kami, dan beralih ke teman-teman kecil kami… hampir semua sama, secara lirih, hampir tidak kedengaran dan dengan kepala tertunduk menyebutkan nama mereka.. cukup butuh waktu untuk meminta mereka dan menanamkan kepada mereka rasa percaya diri dengan secara lantang menjawab pertanyaan dengan menatap wajah kita. Aku awali tema belajar bersama ini.. (aku lebih suka menyebutnya belajar bersama daripada mengajar) dengan pengenalan dimana mereka tinggal dari mulai Kampung, Distrik kemudian Kabupaten.. sampai disini mereka masih bisa menjawab dengan baik. Namun saat kami lanjutkan dengan pulau, nama Negara kita serta lambang Negara kita.. tidak semuanya tahu.. Ironis.. bagaimana bisa anak2x bangsa kita tidak tahu nama dan lambang negaranya… padahal di tempat itulah diceritakan turun temurun, keberadaan burung Garuda yang menjadi lambang Negara kita. Tahap kedua kami mulai mengenalkan kembali sila-sila yang ada didalam Pancasila, apa arti dan makna yang terkandung didalamnya. Sebenarnya, jika kita semua kembali pada sila-sila yang ada dalam Pancasila, maka semua kekisruhan yang ada di Negara kita harusnya tidak terjadi. Kerukunan antar umat beragama, mengedepankan kemanusian yang adil dan beradap, menjaga persatuan dan kesatuan, mengedepankan musyawarah, serta mengakui persamaan hak azazi dan perlakuan yang adil. Saat kami memulai kelas kami, sesaat kemudian, beberapa kali kepala-kepala mungil tampak mengintip dibalik pintu kelas mengharapkan ingin masuk. Seketika kelas langsung penuh… terharu sekali kami melihat semangat tinggi mereka untuk belajar. Apa yang kami temui ini mungkin merupakan salah satu potret buram pendidikan kita, teman-teman kecil kami tadi bukanlah menandakan mereka tidak pintar.. bukan, hanya mereka tidak memiliki kesempatan yang besar seperti kita. Semangat dan kemauan yang tinggi untuk terus belajar, untuk terus maju semua mereka miliki… Lantas apakah hanya gelontoran dana dari pusat yang mereka butuhkan? Apakah alasan geofrafis menjadi pembenaran untuk menghambat sebuah pengabdian dan dedikasi? Satu jam berlalu begitu cepat.. namun 1 jam itu sudah memberi kami banyak pelajaran.. kami belajar banyak dari teman-teman kecil kami.. semangat, kemauan tidak luntur meski dengan keterbatasan yang ada.

Perjalanan Ke Timur - Kaimana, West Papua

6 October 2011

Kaimana KotaSenja

Exciting sekali sewaktu tahu bahwa penugasan kali ini akan ke Papua, meski di bulan ini jadwal aku sangat padat. Papua… tempat yang terkenal dengan keindahan alamnya, namun sering pula terdengar konflik yang selalu melanda daerah tersebut, sebagaimana yang aku alami sebelum berangkat kemarin. Berita di televisi selalu memberitakan keributan (konflik didaerah ini). Sehingga sedikit membuat was-was aku dan suamiku.

Tim kali ini terdiri dari 6 orang yaitu Aku, Mas Sony, Mas paijo, Mas Adam, Mas Eko, dan Mas Gozhi. Yap.. I’m the only women in here. Perjalanan panjang harus kami tempuh sebelum sampai ke papua dengan route perjalanan Yogya-Jakarta dengan 1 jam perjalanan, Jakarta Ambon dengan lama penerbangan 3.5 jam, dan Ambon Kaimana 1.5 jam sehingga total perjalanan adalah 6 jam, tapi transit dari penerbangan satu ke penerbangan lainnya menambah lelah dan lama waktu perjalanan kami. Transit di Bandara Soekarno Hatta sebelum kami dapat terbang lagi adalah sekitar 4 jam. Padahal kami nyampe Jakarta pukul 21.00 dan baru akan terbang lagi pukul 01.30 wala.. dan bermalamlah kami di Bandara Soekarno Hatta.
Udara panas menyambut kedatangan kami di Kaimana, Ini dipengaruhi oleh kondisi Kaimana yang dikelilingi oleh laut. Pemandangan daerah yang sedang berbenah merupakan pemandangan hampir sama di setiap daerah yang ada di luar Pulau Jawa, namun kami agak terkejut saat mengetahui banyaknya mobil bagus di Kaimana. Dari Bandara, kami langsung menuju hotel Nirmala, hotel terbagus kedua di Kaimana setelah Kaimana Beach. Meskipun hotelnya biasa namun cukup bersih dan fasilitasnya lengkap dari mulai AC, televisi, shower airpanas & dingin. Sedikit terhiburlah padahal aku sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk sekalipun.
Kaimana adalah kota yang dikelilingi oleh Laut dan Bukit, pemandangannya sangat indah. Sehingga meskipun udara disiang hari sangat panas, namun setiap jam 13.00 kabut pasti sudah turun menutupi bukit yang ada di Kaimana.
Beberapa fakta yang menarik tentang Kaimana:
  1. Makanan : Bagi penggemar seafood, maka Kaimana adalah surganya. Seafood disini dijual sangat murah sekali dan so fresh. Selain itu daging rusa merupakan salah satu makanan khas disini, hanya sayang jika melihat proses penangkapan rusanya maka keinginan makan daging rusa seperti hilang sudah. Rusa biasa dibawa dari Kampung-Kampung yang ada di Kaimana dengan menggunakan perahu untuk dibawa ke pasar di Kaimana. Proses penangkapannya adalah rusa tersebut ditakuti2xi (bahasa jawanya di gusah) hingga lari dan tercebur kedalam laut, baru kemudian ditangkap, karena saat rusa didalam air maka rusa tidak dapat bergerak. Harga berbanding terbalik jika kita membeli mie instant, terutama jika yang sudah dimasak dengan cara direbus dan ditambah telor, 1 porsi harganya Rp. 30.000,- walaa.
  2. Transportasi: Transportasi diKaimana rata-rata menggunakan perahu, becak atau ojek. Hampir semua kendaraan yang ada di Kaimana dibawa dari Surabaya. Jangan salah, mobil ataupun motor yang ada disini adalah buatan yang terbaru semua. Tidak ada kendaraan yang dibawah tahun 2000
  3. Tata Tertib Lalu Lintas: Masyarakat di Kaimana sangat tertib lalu lintas. Salah satu yang membuat kami tercengang-cengang adalah saat kami akan makan siang di bumsur, kami naik becak didekat gereja, kebetulan gerejanya berada di tikungan. Setelah naik ke becak, sopir becak segera mengayuh becaknya muter jauh yang bahkan hampir sampai ke hotel kami kembali, dan ternyata diujung putaran itu adalah tikungan gereja itu hanya jalannya satu arah maka dia harus memutar. Walah, padahal kalau di Jawa, ada kondisi seperti itu maka sopir becak akan mendorong becaknya sedikit kebelakang kemudian langsung ketikungan jl. Bumsur. Tapi disini tidak, sopir becak malah memilih jalan yang memutar jauh. Fakta lain, saat kami naik mobil yang akan membawa kami ke rumah kepala distrik,dari jauh kami melihat ada truk mau belok, maka mobil dari jauh sudah berhenti dan member jalan kepada truk tersebut. Satu lagi, ongkos naik becak di Kaimana jauh dekat dihitung per orang yaitu Rp. 3.000,-
  4. Transaksi Pembayaran: Uang yang merupakan alat pembayaran ternyata ada perkecualian disini. Sebelumnya aku berpikir bahwa karena Kaimana masih merupakan bagian dari Indonesia maka alat pembayarannya pun sama, namun aku salah. Disini, uang logam tidak terpakai alias tidak laku, berapapun nominalnya. Ini kami ketahui saat aku akan membeli peniti disalah satu kios di Kaimana, aku Tanya berapa harganya, dan dijawab bahwa harganya adalah Rp. 2.000,- maka segera kubayar dengan uang pecahan Rp. 500 an yang kumiliki, dan ternyata itu ditolak oleh si penjual, katanya uang logam di Kaimana hanya digunakan untuk kerokan, meskipun pecahan Rp. 1.000 an, lalu bagaimana dengan harga barang yang missal 1.200 atau 1.500 an ? tanya kami kemudian, dia menjawab bahwa di Kaimana tidak ada hal semacam itu, adanya pembulatan. Jadi kalau 1.500 maka di bulatkan 2.000 begitu seterusnya. Kondisi ini pun aku cross check chan dengan penjual yang lain, dan ternyata jawabnya sama. Bahkan Bank pun juga gak terima uang recehan bo’…
  5. Keramahtamahan Penduduk: Bayangan tentang penduduk papua buyar seiring dengan berinteraksinya kami dengan masyarakat sekitar, mereka sangat ramah sekali dan very helpful… meski fisik nya mereka menyeramkan ^_^
  6. Sampah dan Nyamuk : Hal yang paling tidak kusukai dari Kaimana adalah sampah dan Nyamuk… kedua hal ini saling berhubungan satu sama lain, bagaimana tidak banyak nyamuk jika sampah menggunung dan menutup saluran got. Padahal didepan rumah sudah ada tempat sampah yang dipisah untuk sampah kering dan sampah basah, di pasar juga sudah disediakan bak sampah, tapi bukannya buang sampah di tempat sampah yang sudah disediakan, sampah malah dibuang dibawah tempat sampah atau digot… jadi dampaknya ya itu tadi saluran air mampet, nyamuk segede2x gaban.
  7. Cuaca: Cuaca di Kaimana sangat tidak bisa ditebak, meski panas tapi bisa kemudian tiba2x hujan, jadi meski gw berada di Kota Senja selama 10 hari, belum 1 kalipun ku melihat senja yang menjadi ikon Kaimana tersebut lantaran hujan yang turun tiap hari… Nasib… Nasib…
  8. Souvenir : Jangan berharap akan memperoleh souvenir dari Kaimana. Satu-satunya took souvenir yang ada di Kaimana hanya ada di Bandara Kaimana saja, soal harga… jangan ditanya… muahalnya poll… apalagi dengan kualitas yang jauh dari standard. Jadi ini peluang besar untuk buka bisnis di Kaimana. Kaimana terkenal dengan mutiara, dan tanduk rusa. Kedua barang tersebut jika di Jawa mahal sekali harganya. Namun untuk memperoleh kedua barang tersebut juga tidak mudah. Catatan untuk tanduk rusa, bungkuslah dengan rapi dengan karton yang menutup semua tanduk, jika tidak ingin berurusan dengan bagian karantina bandara. Meski lolos dari pemeriksaan bandara Kaimana (maklum pengawasannya gak ketat, alat screening ada, tapi sayang Cuma jadi pajangan doing ^_^ alias kagak kepake) kalian akan kesulitan lolos dari screening bandara yang lain (jika anda harus transit) karena untuk setiap tanduk rusa yang kita bawa maka harus ada surat lolos karantina
  9. Pedagang : Ada yang menarik mengenai pedagang di Kaimana, untuk pedagang lalapan (maksudnya adalah penjual makanan warung tenda yang menjual seafood+sambal+lalapan) didominasi orang dari Lamongan, untuk pedagang pakaian didominasi oleh pedagang dari Klaten.
  10. Kerukunan beragama : Hal yang cukup membuat kami tercengang adalah kerukunan antar umat beragama di Kaimana. Ada suatu persyaratan bahwa apabila akan membangun masjid maka yang membangun haruslah orang Kristiani begitu pula sebaliknya. Apabila tiba saat idul fitri maka masyarakat yang beragama Kristiani akan datang ke rumah masyarakat yang beragama  Muslim dengan membawa berbagai makanan sehingga yang merayakan hari raya tidak perlu bersusah payah memasak makanan begitu pula sebaliknya.

Nah ke-10 hal tersebut diatas adalah hal-hal yang jarang terungkap di public atau media selama ini. Dengan berkunjung ke wilayah timur Indonesia, aku semakin percaya betapa kaya nya negeriku. Negeriku yang gemah ripah loh jinawi, baru terbukti jika kita menuju ke Indonesia Timur.
Hal lain yang menarik dalam perjalanan kali ini, aku memperoleh sahabat-sahabat baru yang sangat menyenangkan, baik dan sangat menghibur selama 10 hari kami jauh dari Keluarga. Thank you guys for all the brotherhood… and miss u all…
Semoga masih ada kesempatan berkunjung ke Indonesia Timur lagi…
Damailah Indonesiaku…

Kendari

16 Agustus 2011


Salah satu alasan yang menyenangkan saat kita mengunjungi daerah lain adalah kita bisa melihat hal yang berbeda dari apa yang selama ini kita jumpai.. baik itu alamnya, orangnya, makanannya maupun kebudayaannya..


Panas yang menyengat serta tiupan angin yang kencang namun kering menyambut kedatangan kami di Bandara Haluoleo Kendari. Setelah perjalanan sekitar 3.5 jam dari Jakarta, akhirnya sampai juga kami di Kendari.

Secara keseluruhan, sama seperti daerah yang ada di luar Jawa yang masih berbenah, Kendari pun saat ini juga masih berbenah dan terus mengembangkan daerahnya. Aktivitas kota akan mulai lengang setelah menjelang sore hari. 

Sentral wisata kota Kendari adalah di pinggir teluk Kendari. Sepanjang teluk ini banyak kita jumpai pedagang baik pedagang kaki lima maupun restaurant-restaurant. Nach bicara mengenai restaurant saat di kendari tidak boleh lewat untuk wisata kuliner nya yang hmmm yummy abis...
  1. Ikan Bakar, ikan yang hanya dibakar tanpa dibumbui sangat sedap  apalagi jika dimakan bareng sambal colo-colo. Jangan lupa Kendari sangat terkenal dengan ikannya yang segar
  2. Sambal colo-colo. Tadinya sempat bingung saat masuk warung dan mendapati diatas meja ada bawang merah, cabe dan pisau.. sempat terpikir untuk apa ini semua? ternyata itu memang salah satu ciri khas kendari yaitu sambal colo-colo, yang diracik sendiri oleh konsumen sesuai dengan selera masing-masing. Caranya: Bawang merah di kupas dan dipotong tipis2x, begitu juga dengan cabe, kemudian potong tomat, setelah itu potongan tomat, cabe dan bawang merah diberi garam, jeruk nipis, kecap, dan daun kemangi. Sekali lagi semua takaran adalah sesuai selera... Soal rasa... hmmmmm yummy....
  3. Sarabba. Ada yang bilang Sarabba adalah minuman khas Bugis, namun di Kendari, minuman ini menjadi salah satu minuman khas di Kendari. Minuman ini terbuat dari Jahe, Gula Merah dan Santan. Kalau di Yogya, Sarabba adalah perpaduan minuman Bajigur (tanpa ampas nya) dengan wedang Jahe. Enak banget benernya, namun bagiku jahenya terlalu kuat/banyak jadi pedas banget. Sarabba ini bisa ditambah susu dan atau telur. Namun tanpa ke-2 item tambahan itupun Sarabba sudah sangat enak.... harganya berkisar antara Rp. 9.000 - Rp. 15.000,- tergantung tambahan campurannya
  4. Durian. Jauh-jauh ke Kendari tetep hunting durian. Menurut temen yang sebelumnya dah makan durian kendari sich katanya beda dengan durian yang ada di Jawa.. well lets try... ternyata gak beda amat koq, hanya enaknya karena kami makannya dipinggir teluk Kendari, jadi sekalian menikmati angin laut Kendari..
  5. Kacang Mete. Nach kalo ke Kendari jangan lupa beli kacang mete. Enak dan Kering. 400 kg di bandrol dengan harga Rp. 50.000,-

Mungkin masih banyak yang gw tidak tahu tentang kuliner kendari but Well... paling gak ke-5 hal itu yang kudu kalian coba kalau ke Kendari... jamin gak nyesel... hmmm yummy...

Sayang waktu kunjungan yang sangat terbatas menyebabkan gw gak sempat mengubek tempat wisata kendari lainnya... moga masih ada kesempatan yak...

Candi Sukuh – The Erotis Temple

Sabtu, 16 April 2011

Cukup lama aku memendam keinginan untuk datang ke candi ini, dan hari ini akhirnya terpenuhi sudah. Setelah menempuh perjalanan ± 2.5 jam dari kota Yogyakarta dengan menggunakan mobil, dan menempuh jalanan yang curam dan menanjak, akhirnya sampailah kami di Candi Sukuh. Jangan khawatir, karena sepanjang perjalanan kita akan melihat pemandangan yang indah. Perjalanan ke Candi Sukuh kami tempuh dari arah Karanganyar. Naik ke lereng Lawu, mengambil arah yang sama dengan Tawangmangu. Lokasi tepatnya di Kecamatan Sukuh. Cukup mudah mencarinya, karena candi ini sudah menjadi identitas bagi warga Kabupaten Karanganyar.
Lokasi candi
Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian
kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat 07o37,
38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat. Candi ini
terletak di dukuh Berjo, desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini berjarak
kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari
Surakarta.
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Sudah banyak candi yang kulihat, namun candi yang ini berbeda, berbeda dengan Borobudur maupun Prambanan. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.
CANDI yang terletak di Desa Mberjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, itu sering disebut "The Last Temple" karena selepas runtuhnya Majapahit pada abad XV tidak ditemui pembangunan candi lagi. Candi Sukuh menjadi saksi terakhir Kejayaan Hindu di Jawa. Candi di Jawa Tengah umumnya menghadap ke Timur. terkecuali candi Sukuh. Candi yang satu ini seperti halnya kebanyakan candi yang ada di Jawa Timur yakni menghadap Barat. Jadi untuk memasuki candi Sukuh, orang menuju ke arah Timur, tempat Matahari terbit. Padahal Matahari dipuja sejak jaman prehistori. Dengan begitu ada pengaruh asli dalam pembuatan candi Sukuh, berbeda dengan candi lainnya di Jawa Tengah yang banyak dipengaruhi India.
Sekilas Tentang Candi Sukuh

Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan trap (teras), dimana semakin kebelakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.

Dilantai dasar dari gapura ini terdapat relief yang menggambarkan phallus berhadapan dengan vagina. Relief ini mengandung makna yang mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya (Parwati). Lingga-yoni merupakan lambang kesuburan. Relief tersebut sengaja di pahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna sebab sudah terkena “suwuk”.

Pada teras kedua juga terdapat gapura dan terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi.

Pada gapura terdapat sebuah candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi.

Jadi jika bilangan ini benar, maka ada selisih hampir duapuluh tahun dengan gapura di teras pertama !

Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.

Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masing sering dipergunakan untuk bersembahyang.

Di sebelah selatan jalan batu, di pada pelataran terdapat fragmen batu yang melukiskan cerita Sudamala. Sudamala adalah salah satu 5 ksatria Pandawa atau yang dikenal dengan Sadewa. Disebut Sudamala, sebab Sadewa telah berhasil “ngruwat” Bathari Durga yang mendapat kutukan dari Batara Guru karena perselingkuhannya. Sadewa berhasil “ngruwat” Bethari Durga yang semula adalah raksasa betina bernama Durga atau sang Hyang Pramoni kembali ke wajahnya yang semula yakni seorang bidadari dikayangan dengan nama bethari Uma Sudamala maknanya ialah yang telah berhasil membebaskan kutukan atau yang telah berhasil “ngruwat”.

Adapun Cerita Sudamala diambil dari buku Kidung Sudamala.

Pada lokasi ini terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian Tirta Amerta yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Namun anehnya, patung Garuda ini memiliki tangan dan kaki, sehingga ada yang bilang mirip alien.. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti yang dikenal dengan prasasti sukuh. Tulisan pada prasasti adalah sebagai berikut :



Prasasti Sukuh :
Lawase rajeg wsi du 
K penerep kepeleg
Ne wong medang
Ma karubuh alabuh geni ha
Rebut bumi kacaritane
Babajag mara mari setra
Hanang ta bango
1363

Kata Rajegwesi dimungkinkan sama dengan Pagerwesi yaitu suatu nama daerah di Mojokerto. Karena kata ”Rajeg” sama artinya dengan kata "pager”. Medang juga adalah nama tempat. Kata "babajang" berarti "anak bajang” yaitu anak yang sejak kecil rambutnya belum pernah dicukur dan harus diruwat. Kata "setra” berarti tanah lapang atau tempat upacara/tempat ruwatan. Kata "bango” berarti "burung pemakan bangkai/daging”, bisa juga berrti burung garuda. Jadi kalimat "alabuh geni” bisa diartikan "berjuang (merebut daerah)”. Dengan begitu prasati tersebut bercerita tentang seorang (penguasa rajeg wesi) yang berusaha merebut kembali daerahnya yang dikuasai musuh (penguasa medang) denagan cara mencari kekuatan spiritual dengan membangun candi sukuh yang memuat cerita ruatan. (Hengki H. Dkk 2000 : 62-63)
Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian Tirta Amerta (air kehidupan) di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari Tirta Amerta.

Situs candi Sukuh ditemukan kembali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Kemudian setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, yang berwarganegara Belanda melakukan penelitian. Lalu pada tahun 1928, pemugaran dimulai.
Bagi saya… kunjungan ke candi Sukuh ini adalah sangatlah menarik, selain pemandangan dan udaranya yang sejuk, candi ini seolah banyak menyimpan misteri…


Comments From Friends

Pasti, akan ku sempat kan kesana mbaaak... semoga ga lama lagi deeeh.. makasih informasinya yg berharga ini... mamanya Ega
 
andinora wrote on May 4, '11
Liburan chan gak harus mahal n jauh chan..

Adventure Pangandaran – Green Canyon – Batu Karas

Sabtu-Minggu, 15-16 January 2011

Pertanyaan yang ada dibenak aku sebelum merencanakan akan pergi ke Pangandaran adalah, “apa yang akan aku lakukan di hari ulang tahunku besok?” ya… tanggal 15 January usiaku akan bertambah 1 lagi. Dan yang selalu aku syukuri adalah, aku masih diberi nafas oleh YME dan dikelilingi oleh orang-orang yang aku sayangi dan menyayangiku, keluargaku…  Kemudian terpikirlah, kenapa tidak ke Green Canyon. Ini chan sebenarnya adalah rencana yang tertunda, so lets make it happen.
Akhirnya, tanggal 15 January  kami sekeluarga berangkat ke Pangandaran. Dari Jogja jam 06.30 dengan mengendarai mobil. Setelah melewati perjalanan yang lama dan melelahkan akhirnya sampai juga kami di Pangandaran. Hanya sayangnya, jalan pintas yang menuju Pangandaran dari Kali Pucung sampai Rawa Apu hancur banget, bikin badan sakit dan mobil rusak pula.

Pangandaran

Jam 16.00 akhirnya kami sampai di Pangandaran. Setelah memperoleh hotel, dan meletakkan barang-barang kami di hotel, kami tidak ingin membuang waktu untuk menyusuri pangandaran. Baru sebentar kami keluar dari hotel, hujan dan angin kencang menerpa pangandaran. Memang belakangan ini cuaca ekstrim sering melanda negeri ini. Sore itu, Kami yang tadinya ingin jalan-jalan ke pasar wisata, akhirnya langsung menuju tempat penjual sea food. Lumayan enak sich makanannya dan harganya juga gak terlalu mahal amat. Aku sempat tercengang dengan perubahan Pangandaran sekarang terutama pasca tsunami. Memang waktu zaman masih muda.. cie… tak terhitung aku datang ke pantai ini…Banyak hotel dan padatnya pedagang cukup membawa banyak perubahan.
Setelah kenyang kami kembali menyusuri Pangandaran yang sudah mulai gelap, dan ternyata Pangandaran malam minggu itu ramai banget. Banyak wisatawan yang datang tapi sebagian besar adalah wisatawan domestic. Dengan ditemani gerimis kami menyusuri pasar wisata, ditempat ini banyak dijual berbagai souvenir, baju dan makanan khas dari Pangandaran. Sebagaimana biasa, jangan lupa untuk menawar jika berbelanja ditempat ini. Dari tempat ini, kami langsung kembali ke hotel.
Pagi harinya sengaja aku bangun pagi-pagi meski badan masih capek dan pegal-pegal karena aku ingin melihat sun rise. Ada hal yang penting untuk diketahui saat di Pangandaran adalah pantai di Pangandaran ini terdiri dari 2 sisi pantai yaitu Pantai Barat dan Pantai Timur.

 Untuk melihat sun rise di pangandaran, kami harus menuju ke pantai Timur sedangkan untuk sunset dapat dilihat di Pantai Barat.  Selain itu, wisatawan lebih banyak yang memilih penginapan di pantai timur daripada di pantai barat. Mungkin ini dikarenakan pantai Timur lebih banyak hiburannya. Pasar Wisata, cagar alam, dan tempat pembelian seafood semua ada di pantai timur. Aku pikir pagi itu belum banyak orang yang sudah bangun, namun perkiraanku ternyata salah. Pantai Timur sudah dipadati oleh ratusan orang yang ingin menyaksikan sun rise. Hal ini juga mengakibatkan jalanan pagi itu di pantai timur macet. Sayang meski sudah dibela-belain bangun pagi dan kena macet kami harus kecewa karena sun rise pagi itu tidak kelihatan disebabkan pagi itu mendung.  Sayang ya.. Ada hal lain yang cukup mengherankan bagiku dan mungkin ini tidak aku temui di daerah lain. Pedagang souvenir dan pakaian yang berada di pinggir pantai waktu aku bangun ternyata mereka sudah buka, ternyata mereka buka 24 jam alias gak pake tutup. Mungkin karena akhir  pekan..?

Green Canyon

Jam 07.00 kami berangkat dari hotel menuju green canyon. Sengaja kami berangkat pagi-pagi untuk menghindari kepadatan pengunjung di green canyon. Perjalanan dari Pangandaran ke Green Canyon sekitar 50 menit dengan menggunakan mobil. Hanya sayang, jalan yang rusak memperlambat laju kendaraan kami. Sampai disana masih lengang belum banyak pengunjung yang datang. Dan untung kami berangkat pagian karena tidak lama setelah itu, pengunjung mulai membanjiri dan perahu-perahu menjadi padat disungai. Nama asli dari green canyon sebenarnya adalah cukang tanueh yang artinya adalah jembatan tanah. Mengapa dinamakan jembatan tanah? Karena sungai ini melintasi dibawah jalan (tanah). Berubah menjadi green canyon, karena ada orang asing yang lama tinggal disitu dan menemukan stalactite yang kemudian menamakan sungai yang airnya berwarna hijau tersebut dengan nama green canyon. Dan nama itulah yang terkenal sampai sekarang. Untuk menyusuri sungai green canyon, kita harus menggunakan perahu. 1 perahu maksimal diisi oleh 5 orang dengan tariff Rp. 75.000,- per perahu dengan lama pemakaian 45 menit. Jadi jika lebih dari waktu itu maka harus nambah.

Sungai di green canyon berwarna hijau, hal ini dikarenakan perpaduan antara air laut dengan air tawar dan kedalamannya ± 10 M. Kami cukup beruntung meski semalam hujan deras, namun air sungai tidak berubah, karena biasanya jika dimusim hujan maka air sungai akan berubah tidak lagi hijau melainkan coklat dan kita tidak bisa berenang menyusuri sungai. Diawal perjalanan, kita disuguhi pemandangan tepi sungai dengan pohon-pohonnya yang rindang, semakin jauh perjalanan kita akan disuguhi pemandangan stalactite yang bercampur dengan pepohonan.. disini aku sudah mulai terpesona.. amazing… Perjalanan menggunakan perahu hanya bisa sampai diujung gua yang banyak stalactite nya. Dari sini jika ingin meneruskan perjalanan dan

 menikmati keindahan green canyon maka kita harus berenang. Untuk itu disediakan pemandu, jasa pemandu ini adalah pilihan, bisa digunakan atau tidak. Namun saya sarankan untuk menggunakannya, ini akan membantu saat kita harus menghadapi jeram atau arus yang cukup kuat serta daerah-daerah yang banyak terdapat karangnya, selain itu sering dari berenang kita harus naik ke atas karang untuk kemudian berenang kembali. Dengan mengumpulkan sedikit keberanian, aku dan aning memberanikan diri menyusuri green canyon dengan berenang.. dan BENAR… its sooooooooooo beautifulthis what I called adventure.. meski harus berpayah-payah berenang melawan arus namun sepadannn… stalactite yang banyak berada di kanan kiri dan masih meneteskan air, dipadu dengan rindangnya pepohonan, sungguh cantik sekali.. namun sekali lagi, hati-hati dengan karang-karang yang berada disitu dan yang jadi pegangan kita karena salah-salah kita akan terluka. 

Perjalanan kami berakhir di sumur puteri. Konon katanya kenapa disebut sumur puteri karena ditempat ini adalah tempat mandinya para puteri, masih konon ceritanya pula, jika mandi disumur ini akan membuat awet muda. Walahualam. Jangan salah persepsi, yang di sebut sumur disini bukanlah sumur dalam artian harafiah, namun sumur puteri disini adalah sebuah kolam yang berada di antara karang yang terbentuk karena tetesan air dari stalactite. Air di sumur puteri ini lebih dingin daripada air di bawah. Untuk mencapai sumur puteri ini, kita harus memanjat karang yang ada di atas.. hampir ngeper juga kita saat melihat karang yang harus didaki mana dalam kondisi basah kuyup gini.. dengan bismillah akhirnya kita kuatkan hati tuk naik juga, toh sudah sampai disini pula tanggung.. sampai ditengah sempat melihat kebawah dan whaaa…. Gimana jadinya kalo kegelincir dan langsung kena karang-karang yang ada di bawah.. habis dah… Sempat kutanya kepada pemandu kami siapa puteri yang sudah mandi disitu? Dia tidak bisa jawab. Lagian apa ada puteri yang mau bersusah-susah hanya untuk mandi di kola mini ya? Setelah mengambil foto di sumur puteri kami langsung kembali ke perahu, perjalanan kali ini lebih mudah karena kami hanya mengikuti arus yang ada dan untuk sampai kembali ketempat perahu kami berada tidaklah membutuhkan waktu yang lama.

Batu Karas
Dari Green Canyon, kami sengaja tidak mengganti baju kami yang basah karena di Batu Karas nanti kami berniat mencoba permainan air yang ada disana. Dari Green Canyon ke Batu Karas memerlukan waktu 15 menit perjalanan dengan menggunakan mobil. Batu Karas merupakan daerah wisata yang belakangan ini dikembangkan oleh pemerintah setempat. Didaerah ini lebih banyak kita lihat orang menikmati olahraga air daripada di pangandaran. Daerah inipun masih bersih, namun tidaklah seramai pangandaran. Di sini kami mencoba permainan yang menguji adrenalin kita yaitu donut boat. Jadi kami menggunakan perahu yang berbentuk bulat kaya donat kemudian ditarik dengan speed boat.. laju speed boat yang kencang mengguncang-guncang kami ditambah dengan cuaca yang tidak bersahabat, hujan dan angin kencang menambah goncangan boat kami, sehingga tak bisa dihindari Aning terpelanting dari perahu ke laut. Untung tidak terjadi apa-apa. Permainan ini cukup menguji adrenalin.
Kami tidak lama ada di Batu Karas ini selain harus mengejar waktu check out, cuaca yang tidak bersahabat tidak nyaman untuk tetap bermain dipantai tersebut.

Setelah check out, kami masih sempat menyusuri pantai Pangandaran dan kali ini aku tidak ingin melewatkan tattoo temporary, kegemaranku setiap kali aku datang ke tempat wisata di pantai… Oh ya… begitu jam check out hotel sekitar jam 13 an.. pantai pangandaran langsung sepi dari pengunjung dan begitupun hotel-hotel yang tadinya fully book semua… Pemandangan ini berbanding terbalik dengan hari sabtu sebelumnya.